Perlukah peserta didik mengikuti pembelajaran P5? Bagaimana peran guru dalam pembelajaran P5? Jawabannya perlu.
Oleh Fransina Hikinda, S.Si, Mahasiswa Prodi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Kurikulum merupakan roh dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga saat ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Oleh karena itu, maka sistem pendidikan nasional terus melakukan pembaharuan secara terencana, terstruktur dan berkesinambungan yang mampu menjamin efisiensi manajemen pendidikan bermutu dalam menyiapkan murid dalam menghadapi tantangan perubahan zaman saat ini.
Kebijakan merdeka belajar yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) merupakan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan memiliki karakter profil pelajar Pancasila sesuai visi pendidikan Indonesia “Mewujudkan Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Melalui Terciptanya Pelajar Pancasila”.
Dalam mendukung visi pendidikan ini dan sebagai bagian dari pemulihan pembelajaran, maka kurikulum merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang fleksibel dan sekaligus berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter serta kompetensi peserta didik.
Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi peserta didik. Melalui kurikulum ini guru akan berekspresi memilih ragam pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik.
Salah satu karakteristik dari kurikulum merdeka adalah guru dan peserta didik memiliki banyak waktu untuk mengembangkan kompetensi dan karakter melalui pembelajaran kurikuler proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5). Profil pelajar Pancasila yaitu “pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”.
Perlukah peserta didik mengikuti pembelajaran P5? Bagaimana peran guru dalam pembelajaran P5? Jawabannya perlu. Karena peserta didik adalah gambaran masyarakat Indonesia yang akan datang, hal ini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang di muat dalam buku Panduan Pelaksanaan P5, “… perlulah anak-anak [Taman Siswa] kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar mereka tidak hanya memiliki ‘pengetahuan’ saja tentang hidup rakyatnya, akan tetapi juga dapat ‘mengalaminya’ sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisah dengan rakyatnya.”
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan proyek ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, antiradikalisme, budaya, wirausaha, kesehatan mental, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu lokal maupun global sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya.
Proyek penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya.…. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan pembelajaran kokurikuler berbasis proyek interdisiplin ilmu yang berfokus pada kompetensi umum dan pengembangan karakter profil pelajar Pancasila.
Enam dimensi karakter profil Pancasila antara lain sebagai berikut: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, 2) Mandiri, 3) Bergotong-royong, 4) Berkebinekaan global, 5) Bernalar kritis, dan 6) Kreatif.
Dimensi profil pelajar Pancasila ini perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang berkarakter, kompeten dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila (Kemendikbudristek, 2022).
Kemendikbudristek pada tahun 2022 mengembangkan tujuh tema yang diimplementasikan di sekolah. Tema proyek untuk sekolah menegah pertama sebagai berikut:
- Gaya hidup berkelanjutan
- Kearifan lokal
- Suara demokrasi
- Bhinneka Tunggal Ika
- Bangunlah jiwa raganya
- Berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI
- Kewirausahaan
Sekolah memilih tiga (3) tema dan menentukan topik sesuai karakteristik sekolah dan masalah yang terjadi di sekitar sekolah maupun lingkungan luar. Struktur pembelajaran P5 lebih fleksibel sehingga sekolah dapat mengatur waktunya melalui mode reguler maupun blok.
Melihat hal ini, maka guru perlu memiliki strategi dalam pembelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik untuk berinovasi sesuai bakat minat dalam pembelajaran P5. Salah satu strategi adalah guru perlu mengetahui perannya dalam pembelajaran P5. Peran guru di jelaskan sebagai berikut:
- Perencana proyek
Memilih tema, merancang tujuan pembelajaran, alur kegiatan, strategi pelaksanaan, asesmen dan evaluasi.
- Fasilitator
Guru memfasilitasi peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran proyek sesuai minta, cara belajar dan produk belajar peserta didik.
- Pendamping
Guru membimbing peserta didik dalam pembelajaran proyek dan menemukan isu-isu, masalah sosial di lingkungan yang relevan dengan topik atau tema proyek.
- Supervisor dan konsultan
Guru mengawasi dan mengarahkan, memberi saran, masukan secara berkelanjutan dan melakukan asesmen performa selama proyek.
- Moderator
Guru berperan sebagai pemandu presentasi dan diskusi dalam pembelajaran.
Dari uraian di atas terlihat bahwa peran guru sangat luas tidak hanya sebagai fasilitator pembelajaran tetapi guru berperan penuh dalam mendampingi peserta didik agar mendapat pengalaman belajar yang dimulai dengan perencanaan tema proyek sesuai kemampuan peserta didik dan karakteristik sekolah, melakukan ragam kegiatan yang nyaman dan menyenangkan serta berkolaborasi dengan warga sekolah dan luar sekolah.
Pembelajaran P5 memberikan nuansa baru dalam kurikulum saat ini. Di mana dengan adanya alokasi waktu pembelajaran yang terpisah membuat guru lebih banyak waktu untuk belajar dan berinovasi merencanakan dan melaksanakan kegiatan P5 sesuai dengan pemilihan dimensi dan karakteristik peserta didik (Rachmawati dkk, 2022).
Perencanaan yang baik dan alur kegiatan pembelajaran yang terarah akan membantu guru mengimplementasikan P5 didukung oleh semua pihak baik orangtua, mitra sekolah sehingga nilai-nilai profil pelajar Pancasila dapat terpatri dalam kehidupan peserta didik sebagai wujud dari pencapaian visi pendidikan Indonesia.