detakpasifik.com – Satu atau dua dekade belakangan ini China kian diperhitungkan dalam pentas dunia terutama terkait penguasaan kekuatan ekonomi dalam skala global. Negara berpenduduk hampir dua miliar ini, bangkit dari negara kaya menjadi negara super kaya di dunia. Bahkan ada yang meramalkan China akan memimpin Kawasan Pasifik Selatan, tatkala ekonomi dunia tidak lagi berpusat di Kawasan Atlantik. Kekuatan ekonomi China tak hanya menguat di Kawasan Pasifik, tetapi juga merambah hingga ke benua Amerika.
China saat ini telah menjelma menjadi sebuah negara besar dengan sektor industri yang merajai kawasan negara-negara berkembang di Asia Tenggara bahkan dunia. Hal tersebut ditunjukkan dengan membanjirnya produk-produk industri dari China, mulai dari yang sederhana (mainan anak-anak, peralatan rumah tangga) sampai yang berteknologi tinggi (sepeda motor, mesin-mesin otomatis, smartphone, dan sebagainya). Harga barang produk China yang cukup murah dan pasar yang besar, memberikan andil bagi pesatnya perekonomian sehingga saat ini terjadi aliran arus modal industri yang cukup deras ke China (Zaenurrofik, 2008).
Abad ini adalah abad China. Itulah pernyataan yang sering dilontarkan para ekonom dan pengamat masalah China. Sebagian orang menyadari sepenuhnya tentang kebangkitan China. Pengakuan atas kebangkitan tersebut tidak berarti sikap menyerah kepada negara yang dulu disebut Negeri Tirai Bambu tersebut, tetapi pernyataan itu berarti mengakui kebenaran luar biasa yang sedang dihadapi untuk lebih mengenal dan mempelajarinya (Ramdan, 2008).
Dinamika perkembangan dan pertumbuhan industri di China sejak awal tahun 1980-an telah memperlihatkan dahsyatnya kekuatan China menguasai dunia secara ekonomi. Lalu timbul pertanyaan bagaimana peran ASEAN dalam skala Pasifik Selatan di tengah badai arus pertumbuhan China yang kian dahsyat itu?
Yang paling mungkin dilakukan ialah membangun solidaritas sesama negara anggota ASEAN agar di kawasan itu ekonomi politik terjaga dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya menjaga pertumbuhan ekonominya.
Di tingkat Asia Tenggara, identitas ASEAN semakin menonjol dan berupaya mengadakan hubungan erat dengan negara lain seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar. Di tingkat Asia Pasifik, ASEAN berupaya mengintegrasikan kekuatan ekonominya guna meningkatkan kekuatan tawar menawarnya dalam ruang lingkup kerja sama ekonomi yang lebih luas. Dalam skema itulah dan dengan semangat kerja sama itu pula kerja sama yang erat antaranggotanya, ASEAN menjadi salah satu kekuatan di ruang lingkup APEC (Asia Pacific Economic Cooperation).
Tahun 2010 merupakan tenggat waktu di mana negara maju dalam APEC mulai menerapkan perdagangan bebas. Keputusan jadwal pelaksanaan perdagangan bebas ala APEC ini 2010 untuk negara maju dan 2020 untuk negara berkembang sesuai dengan keputusan yang dihasilkan dari pertemuan kepala negara anggota APEC di Bogor tahun 1994. Semangat kebersamaan untuk mewujudkan perdagangan bebas yang dicanangkan 16 tahun yang lalu lebih bersifat euforia Jika semangat itu dibentang ke masa kini nampak semangat APEC tanpa esensi implementasi yang jelas semangat APEC seakan terbenam di bawah tren perdagangan bebas yang ditampilkan oleh free trade area FTA dalam wujud yang lebih keeil (Irewati, A, 2016)
Vinsensio M. A. Dugis (2015) dalam abstrak tulisannya “Memahami Peningkatan Kehadiran China di Pasifik Selatan: Perspektif Realisme Stratejik” menulis begini: Meningkatnya kehadiran China di Pasifik Selatan menarik perhatian. Peningkatannya di kawasan yang dianggap sebagai ‘western lake’, secara ekonomi tidak prospektif dan secara politis tidak stabil, telah menimbulkan berbagai pertanyaan. Benarkah sementara Barat menggunakan hard power, China menarik perhatian dengan soft powernya? Peningkatan kehadiran China menimbulkan spekulasi bahwa China adalah hegemon baru. Penulis berargumen bahwa Pasifik Selatan bukan pusat perhatian baru bagi China, dan China bukanlah pemain baru di sana. China adalah aktor global dengan agenda strategis yang dibangunnya di masa lalu dan diperkuatnya ketika wilayah ini ditinggalkan kekuatan-kekuatan tradisionalnya. Menggunakan perspektif realisme stratejik, kehadiran China di Pasifik adalah menyiasati pluralitas global dalam rangka mengambil peluang strategis. Perspektif ini memberi nuansa baru dalam memahami hubungan internasional di Pasifik Selatan.
Catatan Vinsensio Dugis mengantar kita dalam tindakan antisipatif dan pikiran tentang kemungkinan tindakan yang diperlukan untuk Kawasan lain di Pasifik Selatan, termasuk negara-negara kecil dari etnik Melanesia di perairan Samudra Pasifik, juga Kawasan Timur Indonesia (NTT, Maluku, Papua) dan negara-negara kecil yang berserakan di Samudra Pasifik seperti, Salomon, Fanuatu, Fiji dan lainnya.
Pandangan bahwa China kian menguat di belahan dunia juga diperkuat misalnya oleh sejumlah pandangan dari beberapa pakar kesohor. Para orang kaya China menanamkan modal mereka ke negara-negara selatan dan bahkan di kawasan provinsi di beberapa tempat di tanah air.
Berikut ini, George Soros menulis begini: Jika Anda seorang Amerika yang tidak tinggal di tempat yang sangat terpencil & terisolasi, kenapa Anda tidak tahu itu: Tidak yakin seberapa nyata. Saya hanya menyampaikan kepada Anda untuk membaca untuk bersenang-senang 400,000 lebih pelajar China sedang belajar/tinggal di Amerika dan setiap tahun mereka akan menghabiskan sekitar 30 milyar US Dollar di Amerika. Tidak ada satu negara pun yang dapat berkontribusi begitu banyak pada ekonomi dan pendidikan Amerika. Bayangkan berapa banyak guru yang akan kehilangan pekerjaan jika siswa China ini tidak ada di sini?
Tahukah Anda bahwa ada sekitar dua juta pengunjung China setiap tahun datang ke AS? Apakah Anda tidak memperhatikan bahwa semua situs dan toko wisata utama di AS memiliki tanda dalam bahasa Mandarin? Setiap turis China akan menghabiskan $6.000-$7.000 di Amerika; bayangkan berapa banyak pekerjaan yang telah diciptakan oleh itu.
Tahukah Anda bahwa China akan membeli sekitar 7.000 pesawat Boeing dalam 20 tahun ke depan (China telah membeli ribuan pesawat Boeing). Apakah ada negara lain yang berkontribusi begitu besar bagi perekonomian Amerika? Namun perang dagang akan menjadi mimpi buruk bagi Boeing; China akan membeli lebih banyak dari Airbus sekarang.
Tahukah Anda bahwa selain Amerika dan Rusia, China juga mampu mengirim astronot ke luar angkasa dan memiliki kemampuan untuk membangun stasiun ruang angkasa permanen? China adalah negara pertama yang telah mendaratkan penyelidik ke ”sisi gelap” bulan.
Bertanya-tanya apakah Anda tahu bahwa kereta api dan kereta baru di Afrika yang dibangun oleh orang China bahkan lebih baik daripada rel/kereta api di Amerika? Dan LA (Los Angeles), Boston, NYC (New York City) semuanya telah memesan kereta bawah tanah buatan China dan kelompok pertama kereta baru buatan China telah beroperasi di kereta bawah tanah Boston.
Omong-omong, sistem kereta berkecepatan tinggi ada di seluruh China dengan kecepatan 350 km/jam sementara di sini di AS kami tidak memilikinya. Bahkan di negara bagian terkaya California – kami tidak memiliki dana untuk membangunnya.
Tahukah Anda bahwa China adalah pasar luar negeri terbesar untuk tiga pembuat mobil AS utama? Pada tahun 2017, Buick menjual 1.229.804 mobil di China, Ford menjual 951.396 dan Chevrolet menjual 538.671. Bukankah itu impian setiap pembuat mobil di dunia? Mungkin Anda tidak tahu bahwa pada 2017 China Box Office Film Hollywood meraup 3,26 miliar dolar AS? Apakah ada pasar luar negeri yang lebih besar untuk Hollywood? Tidak.
Tahukah Anda bahwa orang China telah membeli banyak bisnis ikon Amerika termasuk Majalah Forbes, Bursa Efek Chicago, AMC (2,6 miliar), Smith Foods (7.1 b) studio film Legendaris ( 3.5 b), Divisi GE Appliance (5.4 b), The Waldorf-Astoria (2 b), Ingram Micro (6 b) Motorola (2.9 b), Ritz-Carlton (3.9b). Jika Anda orang Amerika, tahukah Anda bahwa pemegang utang AS terbesar di luar negeri adalah China, yang memiliki lebih dari $1,24 triliun? Tanpa meminjam uang dari China, pemerintah AS akan ditutup.
Tahukah Anda bahwa tanpa suara China, PBB tidak dapat memberikan sanksi terhadap Korea Utara? Jelas orang tidak mengetahui fakta ini karena mereka tidak mendapatkan berita positif dari media Amerika, tidak peduli apakah media kiri atau kanan, CNN atau FOX. Media Amerika dan Barat tidak suka memberi tahu orang-orang kebenaran tentang China. Mereka hanya memberi Anda berita negatif tentang China.
(dp/pr)