Sesaat melintasi Kota Betlehem, memori saya mengarah kepada sosok misionaris asal Hongaria, Pater Thomas Krump, SVD, yang berkisah tentang Bintang Betlehem.
Oleh Marselinus Rengka dan Monica Sri S
Kota Nazaret tidak jauh dari Laut Galilea, hanya sekitar 25 km. Jarak sejauh itu dahulu kala ditapaki Yesus saat menyebarkan kabar gembira. Nazaret adalah ibu kota Galilea pada zaman Romawi.
Sekitar 30 tahun Yesus tinggal di kota ini bersama Maria dan Yosef. Bahkan Pontius Pilatus pada salib Yesus menuliskan: INRI – Iesus Nazarenus Rex Iudiorum –Yesus Orang Nazaret Raja Orang Yahudi (Yoh.19:19).
Orang-orang Kristen pada abad awal sering disebut Nazarenus, mengacu kepada nama kampung halaman Yesus, yaitu Nazaret. Nazarenus berarti pengikut Yesus dari Nazaret. Dari kata Nazarah, lahir istilah Nasrani.
Nazarah berasal dari kata Natserat dalam bahasa Aram, yang berarti ‘menara jaga’ atau tempat penjagaan dari bahasa Yunani Nazoraios. Disebut demikian oleh karena berdiri ‘menara jaga’ yang kokoh di persimpangan jalan yang menghubungkan Yerusalem ke wilayah utara.
Baca: Catatan Kaki dari Ziarah ke Tanah Terjanji
Penduduk Kota Nazaret banyak dihuni orang Arab-Israel. Dalam bahasa Arab, Nazaret disebut ‘An-Nasira’ sedangkan Yesus dalam bahasa Arab adalah Isa atau kadang disebut ‘An-Nasir’.
Dalam tradisi Arab, nama menunjukkan daerah asal pemilik nama. Karena itu, para pengikut Yesus disebut ‘Nasara’ yang berarti pengikut ‘An-Nasiri’. Sama dengan Nasrani yang dalam bahasa Latin disebut: Nazarenus.
Ketika bus wisata ‘Sunsundegui’ dengan nopol 65:114.61 yang kami tumpangi melintas jalan berbukit-bukit yang populer disebut: Esdraelon, tampak dataran tinggi Zebulon dan Naftali dan pegunungan Libanon dengan saljunya yang menyelimuti puncak Gunung Hermon. Jika arah tatapan ditujukan ke sisi barat, tampak Pantai Tirus dan Laut Mediterania yang biru.
Pada zaman Yesus, seturut catatan sejarah yang di-reeksplanasi Abba Hadaya, penduduk Nazaret hanya 200 orang. Pada tahun 1998 penduduk sudah bertambah menjadi 600 ribu orang. Penduduk Nazaret ketika itu mayoritas Arab-Kristen dan kelompok Kristen-Ortodoks. Sedangkan Arab-Muslim tergolong minoritas.
Namun, pada tahun 2009 hingga sekarang, komposisi penduduk sudah berubah. Mayoritas penduduk Nazaret adalah Arab-Muslim 69 persen dan Kristen hanya 30,9 persen. Penduduk Kristen terdiri dari berbagai denominasi yaitu: Maronit, Kristen Ortodoks, Katolik Roma, Katolik Timur, Anglikan, Baptis, Evangelis dan Koptik.
Sesaat kami memasuki tikungan Jalan Elgalil, Odded seketika memberi aba-aba: Arahkan pandangan ke sana! maksudnya ke bangunan berwarna putih yang menyerupai hanggar pesawat.
Di sisi baratnya berdiri pohon beringin yang rindang daunnya. Dari sana menyembur mata air yang populer disebut ‘mata air Bunda Maria’ oleh karena penduduk desa Nazaret, pada zaman Yesus, menimba air dari sini, tidak terkecuali Bunda Maria.
Bahkan kisah Bunda Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel terjadi di sini. Hingga saat ini, mata airnya masih mengalir dan bening warnanya.
Romantika dan Emblem dari Betlehem
Sesaat melintasi Kota Betlehem, memori saya mengarah kepada sosok misionaris asal Hongaria, Pater Thomas Krump, SVD, yang berkisah tentang Bintang Betlehem, bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan Natal, dalam khotbah malam Natal di Paroki Ketang-Rejeng tahun 1976.
Menurut kisah resmi kelahiran Yesus, bintang itu pada awalnya dilihat oleh tiga orang bijak dari daerah Yordania dan Turki. Mereka adalah Balthasar, Melchior dan Gaspar.
Baca: Catatan Kaki dari Ziarah ke Tanah Terjanji
Kata Balthasar berarti: ‘ya Tuhan, lindungilah raja’. Kata Balthasar berasal dari bahasa Babilonia, yakni Belshazar yang di-Yunanikan menjadi ‘balthasar’.
Dalam patung-patung atau gambar-gambar, Balthasar digambarkan sebagai orang berjenggot panjang warna cokelat. Oleh karena itu, Balthasar diidentikkan sebagai orang Afrika atau Moor.
Kata Melchior berarti: ‘raja adalah cahayaku’. Melchior adalah nama dalam bahasa Aramaik, tetapi sering ditemukan dalam teks-teks bahasa Babilonia. Dalam gambar dan patung. Melchior adalah seorang anak muda yang tampan, wajah bersih, tidak berjenggot.
Sementara Gaspar, dicirikan berambut panjang warna abu-abu. Dialah yang digambarkan berlutut di depan bayi Yesus dalam gambar atau lukisan di abad Renaisans. Kata Gaspar berasal dari bahasa Pathian, yakni ‘goudhoparesh’ atau ‘gadaspar’ yang oleh orang Romawi diubah menjadi Gaspar.
Betlehem terletak di tepi barat, sekarang menjadi wilayah otoritas Palestina berdasarkan kesepakatan Oslo, menjadi hub industry pariwisata dan kultural Palestina.
Kota kecil yang ada di wilayah Yudea ini berdiri pada ketinggian 765 meter di atas permukaan laut, berarti 30 meter lebih tinggi dibanding Yerusalem. Di sekitar Betlehem, ada 2 kota kecil lainnya yakni Beit Jala dan Beit Sahour.
Betlehem menjadi penting oleh karena di kota inilah lahir Yesus, Sang Juru Selamat. Dalam Lukas 2:4-5 mengisahkan perjalanan Yosef dan Maria dari Nazaret ke Betlehem.
Jarak yang membentang antara Nazaret dan Betlehem tidaklah dekat, sekitar 130 km. Dan pada waktu itu, jalanan tidaklah sebagus sekarang. Mereka berjalan di tanah berbatu-batu, di gurun pasir, naik-turun ngarai, melintasi lereng-lereng bukit. Bahkan mendaki dan menuruni bukit terjal.
Berapa lama mereka menghabiskan waktu di perjalanan? Boleh jadi hingga satu minggu, mengingat mereka tidak bisa berjalan cepat karena pada waktu itu Bunda Maria sedang mengandung tua. Maria naik keledai dan Yosef menuntun dengan membawa serta peralatan pertukangan karena Yosef tukang kayu.
Dari cerita yang dikisahkan Abba Odded, rute yang diambil Yosef dan Maria adalah dari Nazaret mereka berjalan ke arah Tenggara melewati Kana, lalu mengarah ke lembah Yordan. Dari lembah Yordan terus berjalan ke Selatan menyusuri Sungai Yordan masuk ke Yerikho. Dari Yerikho, mereka naik melewati Padang Gurun Yudea, menuju Yerusalem dan Betlehem.
Sebuah perjalanan yang secara manusiawi terasa amat melelahkan. Namun, itu adalah pikiran manusia yang tidak mengetahui kehendak Allah. Bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Baca: Catatan Kaki dari Ziarah ke Tanah Terjanji
Maria yang tengah hamil tua pun pasti mampu berjalan dari Nazaret ke Betlehem, menembus jarak sekitar 130 km, di bawah terik matahari dan dinginnya malam. Karena kekuatan Allah, Maria mampu mendaki bukit tinggi dari Yerikho sampai Betlehem.
Dalam khusyuk doa berpasangan menjelang tidur malam, saya dan Kenny sama-sama membatin: Terima kasih Tuhan, kami sudah diizinkan dan merasakan langsung romantika dan emblem Kota Betlehem, tempat Engkau dahulu dilahirkan.
mkr126