Oleh Pius Rengka
Buku The Singularity is Near: When Humans Transcend Biology yang ditulis Ray Kurzweil, pertama kali dipublikasikan tahun 2005. Buku itu, tak hanya mengejutkan kalangan pemikir dan pebisnis dunia, tetapi sekaligus juga mencengangkan jurnalis kelas dunia. Segera setelah buku itu dipublikasikan, komentar para ahli dan media terkemuka pun sungguh amat sangat variatif, meski substansinya tetap serupa dan searah kemungkinan.
Misalnya, jurnalis cerdas The New York Times, Janet Maslin, berkomentar begini… “Siapa pun dapat memahami gagasan utama Mr Kurzweil: bahwa pengetahuan teknologi, menjadikan manusia telah semakin membesar, dengan prospek yang memusingkan untuk masa depannya sendiri. Dasar-dasar yang jelas diungkapkan. Tetapi bagi mereka yang lebih berpengetahuan dan berhasrat ingin tahu yang besar, penulis berpendapat kasusnya dalam detail yang sangat menarik… justru karena Singularity is Near, mengejutkan dalam lingkup dan keberanian…”.
Sedangkan The Owner Microsoft, satu dari sedikit orang super kaya di jagat dunia, Bill Gates, menyebutkan: “Ray Kurzweil adalah orang terbaik yang saya tahu dalam memprediksi masa depan kecerdasan buatan. Buku barunya yang menarik justru membayangkan masa depan di mana teknologi informasi telah maju sejauh ini dan cepat sehingga memungkinkan umat manusia mengatasi keterbatasan biologis-mengubah hidup kita dengan cara-cara belum bisa dibayangkan”.
Dua komentar di atas sengaja dipilih untuk menghadirkan representan dua dunia medan tugas dengan satu perspektif ke masa depan, meski dengan jenis kepastian tanpa pernah ada yang sanggup menduga pasti. Siapakah gerangan sesungguhnya Ray Kurzweil itu?
Kurzweil adalah salah satu penemu, pemikir, dan futuris terkemuka dunia. Rekam jejak pikirannya akurat selama 20 tahun belakangan. Dia disebut “jenius gelisah” oleh The Wall Street Journal dan “mesin pemikiran utama” oleh majalah Forbes. Dia adalah seorang yang terpilih sebagai salah satu wiraswastawan top oleh majalah Inc, yang melukiskan dirinya sebagai “pewaris sah Thomas Edison”. Dia terpilih sebagai satu dari 16 revolusioner dunia yang membuat Amerika berkembang sebagaimana sekarang ini dalam dua abad terakhir, dan dia adalah satu yang termasuk ke dalam National Inventors Hall of Fame dan penerima National Medal of Technology, Lemelson-MIT Prize (penghargaan terbesar di dunia untuk inovasi).
Dia peraih tiga belas gelar doctor kehormatan (Honoris Causa, bukan hororis causa heeeee). Dia mendapat penghargaan dari tiga presiden AS. Dia penulis empat buku sebelumnya, antara lain Fantastic Voyage; Live Long Enough to Live Forever.
Dilukiskan, pada awal abad 21, umat manusia berdiri di gerbang ambang periode paling menegangkan dalam sejarahnya. Ini akan menjadi era ketika sifat dasar manusia dan apa artinya menjadi manusia mulai dipertanyakan secara mendasar.
Era yang dialami dengan aneka pemerkayaan tetapi sekaligus tantangan, karena spesies manusia menghancurkan belenggu warisan genetik dan mencapai tingkat kecerdasan yang tak terbayangkan, kemajuan material yang tak berhingga serta umur manusia yang kian lama.
Selama lebih dari tiga dekade, penemu besar dan futuris Kurzweil telah menjadi salah satu pendukung teknologi yang paling dihormati dan bahkan amat sangat provokatif dari peran teknologi di masa depan. Di kelasnya, The Age of Spiritual Machine, ia merepresentasikan argumen berani bahwa dengan tingkat percepatan perubahan teknologi, computer akan menyaingi berbagai kecerdasan terbaik manusia.
Sekarang ini, The Singularity is Near, memeriksa langkah berikutnya dalam proses evolusi yang tak dapat ditawar-tawar; penyatuan manusia dengan mesin, di mana pengetahuan dan keterampilan yang tertanam dalam otak manusia akan dikombinasikan dengan kapasitas, kecepatan, dan pengetahuan yang jauh lebih besar dan berbagi kemampuan dengan hasil ciptaan manusia itu sendiri.
Penggabungan adalah esensi dari Singularity, sebuah era di mana kecerdasan manusia akan menjadi semakin nonbiologis dan triliunan kali lebih kuat daripada sekarang. Akibatnya fajar peradaban baru memungkinkan manusia sanggup mengatasi keterbatasan biologis dan berdaya memperkuat kreativitas kita.
Di dunia baru ini, tidak akan ada perbedaan yang jelas antara manusia dan mesin, amat kabur realitas nyata dan realitas virtual. Diasumsikan, tubuh yang berbeda mengambil dan mengambil berbagai kepribadian sesuka hati dan sekena kehendak.
Disebut bebas tentu saja boleh, tetapi dikatakan terbatas dalam kehendak bebas juga boleh saja. Tetapi, secara praktis, penuaan manusia dan penyakit akan terbalik; populasi akan dihentikan; kelaparan dunia dan kemiskinan akan terpecahkan. Nanoteknologi akan memungkinkan untuk membuat hampir semua produk fisik menggunakan proses informasi yang murah dan akhirnya mengubah bahkan fakta kematian menjadi fenomena yang dapat larut dalam lautan imajinasi.
Lalu apa konsekuensi sosial dan filosofis dari perubahan itu? Konsekuensinya, pastilah sangat mendalam, dan apa gerangan ancaman yang mungkin ditimbulkannya pastilah cukup besar. The Singularity is Near mempertahankan pandangan optimis yang amat rumit dan radikal tentang postur jalannya pembangunan (development) manusia dan manusia pembangun di masa depan.
Maka, ditawarkanlah pandangan tentang usia manusia yang akan datang yang merupakan kulminasi yang amat dramatis dari abad-abad kecerdikan teknologi dan visi yang benar-benar mengilhami tujuan akhir manusia.
Lima kata kunci yang selalu digumuli yaitu evolusi otak (brain evolution), evolusi manusia (human evolution), genetika (genetics), teknologi nano (nanotechnology) dan era robot (robotics). Pikiran dangkal dan publikasi naïf, tentu bukan medan yang patut dipertimbangkan dalam era ini. Karena evolusi pikiran dan pikiran evolutif dimeterai melalui teknologi, dan teknologi merupakan buah dari pemikiran serba kemungkinan.
Membaca Sambil Prihatin
Membaca buku ini sambil prihatin akan realitas pemikiran di sini dan kini. Ketika Kurzweil telah jauh meramalkan kemungkinan hidup manusia, kita di sini masih sibuk dengan urusan serba terjebak dalam jebakan pikiran masa silam dengan pengandaian tanpa perubahan berarti.
Ketika Kurzweil melampaui tawaran logika normatif, kita di sini persis menengok gejala peristiwa sambil membaca terabasan akal pribadi tanpa berkaca pada kenyataan diri. Pada situasi serupa itulah The Singularity is Near menjadi sejenis gugatan bahkan serentak dengan itu semacam opsional tindakan persiapan, tetapi dalam situasi anomalistik.
Percepatan, perubahan sosio kultural sepertinya tidak lagi merujuk pada retorika asumtif kumulatif konteks lokal semata, tetapi konteks lokal menjadi acuan pesona perkauman yang terjebak dalam kawah global yang kian tak terbendung.
Arus perubahan melampaui dugaan lokal dan provincial. Tetapi, kita tetap yakin, perubahan pembangunan selalu membuahkan gejala dikotomi terutama pada pikiran orang dan pilihan tindakan. Pilihan tindakan, sejenis suasana ketika kita masuk ke ruang rumah makan. Kita, tak peduli lagi siapakah juru masak yang patut digugu, entahkah dia turunan bangsawan atau juru ngomel yang tak kenal diri, tetapi kita toh kerap memilih jenis makanan yang secara imajinatif dialami berdasarkan pengalaman akan pentingnya makan enak dan bergizi.
Begitulah dunia berubah, ilmu pengetahuan bertambah, data kian jamak dan banyak, tetapi makhluk manusia berziarah seperti tak jelas arah. Kita hanya yakin pada satu alasan, bahwa kita akan sampai di sana. Urusan di sana ditentukan oleh laku di sini, tentang manusia berguna dan baik, tentang manusia kontributif atau penyumbang masalah. Maka kita mudah menengok nasihat Will Rogers, pelawak yang gemar memproduksi tawa, bahwa walaupun Anda berada pada jalan yang benar, Anda akan tergilas jika Anda cuma duduk di sana.
Pelawak kelahiran Oklahoma ini, tentu saja tidak sedang melawak ketika ia sedang bermain sandiwara. Tetapi, sandiwara yang diperankannya sedang memberi pesan tentang makna penonton yang kerap menduga bahwa mereka selalu benar di jalan yang tidak berjalan nun jauh.
Begitulah.