Jokowi: Krisis, Resesi dan Pandemi Itu Seperti Api

e85snniveakrnxc
Berbaju adat suku Baduy, Presiden Jokowi sampaikan pidato kenegaraan di gedung nusantara.

Jakarta, detakpasifik.com – Presiden Joko Widodo menggambarkan situasi krisis, resesi dan pandemi yang sedang menguji Indonesia saat ini seperti bongkahan api.

Jokowi meyakini, api memang membakar tetapi sekaligus menerangi.

“Krisis, resesi dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa, kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari. Api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus juga bisa menguatkan. Kita ingin pandemi ini, menerangi kita, untuk mawas diri, memperbaiki diri dan menguatkan diri dalam menghadapi tantangan di masa depan,” ujar Jokowi saat menyampaikan pidato di sidang tahunan MPR dikutip dari siaran pers resmi Sekretariat Presiden, Senin (16/8/2021) pagi.

Klik dan baca juga:  Jokowi: Jangan Saling Menyalahkan
e85zyjnuuaesuac
Presiden Jokowi saat memberikan pidato pada sidang tahunan MPR dan sidang bersama DPR dan DPD RI, Senin 16 Agustus 2021.

Jokowi mengatakan, pandemi merupakan ujian, sekaligus proses menuju bangsa Indonesia yang kokoh, yang tahan banting, dan Indonesia yang mampu memenangkan gelombang pertandingan.

“Pandemi ini seperti kawah candradimuka, yang menguji, yang mengajarkan dan sekaligus mengasah. Pandemi memberikan beban yang berat kepada kita, beban yang penuh dengan risiko dan memaksa kita untuk menghadapi dan mengelolanya. Semua pilar kehidupan kita di uji, semua pilar kekuatan kita diasah. Ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian dan kecepatan kita, semuanya diuji dan sekaligus diasah,” kata Jokowi meyakinkan.

Klik dan baca juga:  Jokowi Sampaikan Dukacita untuk Korban Gempa Bumi di Jawa Timur

Ujian dan asahan, lanjut Jokowi, menjadi dua sisi mata uang, yang tidak terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan kepada kita, tetapi kesempatan untuk memperbaiki diri juga di ajarkan, tatkala hujan itu terasa semakin berat, asahanya juga semakin meningkat. Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh dan yang mampu memenangkan gelanggang pertandingan. (Kristo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *