Para pembaca nan cendekia. Lama nian kiranya kita tidak saling menyapa. Itu mungkin terjadi lantaran kita semua terjebak dalam tugas masing-masing.
Laporan dan kabar dari dapur redaksi detakpasifik.com sepi sunyi bahkan hening. Betapa asyik kita memikul kesibukan, sampai-sampai kita agak lupa betapa dunia di sekitar kita kian berubah begitu cepat di mana-mana dan bahkan segera. Lagi pula, banyak di antara kita seperti terlilit kesibukan mendengar narasi para politisi, yang, kadangkala mereka berbicara biasa-biasa saja sebagaimana telah biasa.
Namun, meski demikian, rasanya waktu yang mengalir bagai air bah itu, seolah-olah semacam terminus vitae (batas akhir kehidupan), tatkala saat bersamaan waktu selalu datang kembali menyapa yang papa, sambil kita masing-masing membasuh wajah dengan deburan kabar-kabar baru. Kita tak pernah dan tak akan pernah berjalan surut, karena memang begitulah senyatanya.
Di dapur kami, telah terjadi sejenis, katakanlah penyegaran, boleh juga disebut semacam sirkulasi dan atau reposisi struktur redaksi. Hal itu dilakukan demi semata-mata agar detakpasifik.com sanggup bergeliat kencang di masa depan, tatkala gerbang tahun baru 2025 dibuka lebar sembari adios amigo tahun 2024.
Di barisan “oligarki” ala kami, elite memang selalu ada, karena selalu akan pasti ada yang mengatur laku permainan dan memikirkan isi jenis permainan dalam sebuah organisasi. Karenanya, di posisi Pemimpin Umum detakpasifik.com diisi oleh jurnalis cerdas lincah Juan Pesau. Tanggung jawabnya besar, tetapi juga berisiko. Tetapi, seperti biasa, dia selalu bisa berenang di tengah gelombang samudra tanpa harus terluka digesek karang yang haus. Akibatnya, Pius Rengka bergeser ke Redaktur Eksekutif bersama cendekiawan Dr. Wilson M.A. Therik.
Seperti semua telah kenal, Bung Wilson, demikian biasanya kami sapa, selain menjadi Redaktur Eksekutif detakpasifik.com, ia juga adalah kolumnis di berbagai media publik, dosen S2 dan S3 di Fakultas Interdisiplin Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah. Bukan itu saja, pria kritis cerdas ini pernah lama menjadi “guru” sekolah demokrasi di sejumlah kabupaten di NTT. Sedangkan Irfan Budiman, tetap kukuh di posisi Pemimpin Redaksi.
Urusan sirkulasi elite bagi kami adalah urusan yang tidak harus menimbulkan amuk massa, apalagi merasa elitisme yang digerus hanya karena disposisi posisi, dan dinamika gelombang mempertahankan sejenis etatisme dalam konteks negara. Atau semacam aroma dinasti politik seperti terjadi di tempat lain-lain. Tak pula perlu pakai menangis segala, karena bagi kami dan juga kita, air mata hanya boleh menetes ke bumi jika jejak langkah tak lagi berbekas dan dunia menjadi langka.
Begitulah, surat ini kami tulis untuk para pembaca detakpasifik.com agar kita semua tetap satu barisan menyambut gelombang era pasifik dan semua jenis kecenderungannya. Salam dan kompak senantiasa. Dari para juru masak detakpasifik.com.