Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, M.Pd (Kepala SMPK Frateran Ndao)
Pengantar
“Seorang pemenang takkan pernah berhenti untuk berusaha dan orang yang berhenti untuk berusaha takkan menjadi seorang pemenang.”
Di tengah maraknya wabah Coronavirus Disease (Covid-19), para pendidik di setiap satuan pendidikkan justru dituntut untuk lebih kreatif dalam membelajarkan peserta didik. Kreatif adalah suatu kemampuan seseorang dalam menciptakan hal baru dengan cara baru yang tidak biasa atau berbeda dari yang telah dilakukan orang lain sebelumnya.
Secara etimologis kata kreatif berasal dari bahasa Inggris, yaitu “to create”, yang berarti menciptakan atau membuat sesuatu. Sehingga kreatif bisa juga diartikan sebagai kemampuan dalam membuat atau menciptakan sesuatu konsep, gagasan, atau ide dalam memecahkan suatu permasalahan.
Maka, di tengah masa pandemi Covid-19, tidak menjadi suatu alasan, atau menjadi hambatan bagi seorang pendidik untuk tidak kreatif. Oleh karena itu, apa pun situasinya, seorang pendidik harus selalu kreatif dalam membelajarkan peserta didik. Sebab, kalau para pendidik tidak atau kurang kreatif dalam meramu atau menyajikan materi pembelajaran, maka bisa jadi peserta didik cenderung menjadi malas, karena tidak punya selera atau semangat untuk mengikuti pembelajaran.
Apalagi dimasa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, kreatifitas seorang pendidik sangat dibutuhkan, sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak mati, vakum, lumpuh, melainkan tetap survival, walau secara virtual. Dan dalam situasi pandemi Covid-19 ini, memang menuntut dan memaksa para pendidik, untuk keluar dari zona nyaman selama ini, dengan belajar memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT) sehingga tidak gagap teknologi dalam menggunakan berbagai aplikasi, untuk pembelajaran, misalnya: Zoom, Google Meet, Google Class Room (GCR), dll.
Dan tuntutan menjadi seorang pendidik yang kreatif, tidak hanya di saat pandemi Covid-19 ini, tetapi sudah seharusnya setiap pendidik dalam membelajarkan peserta didik, dituntut untuk kreatif. Apalagi pembelajaran di abad 21 ini, dicirikan dengan Creativity, Critical Thinking, Collaboration dan Communication (4C). Selain itu, gagasan mendikbud tentang “merdeka belajar” dan “guru penggerak”, menuntut setiap pendidik untuk lebih kreatif dalam membelajarkan peserta didik.
Belum lagi tuntutan kurikulum mengharuskan setiap pendidik harus kreatif, sehingga si pebelajar juga lebih bersemangat dalam pembelajaran. Oleh karena itu gagasan merdeka belajar, sangat mulia adanya, yakni pertama, mengurangi beban guru; kedua, disederhanakanya RPP; ketiga, menciptakan belajar lebih menyenangkan; keempat, bebas berekspresi; kelima, meningkatkan kompetensi guru; keenam, kemerdekaan guru; ketujuh, tidak menuntut peserta didik menjadi sama; kedelapan,mendukung inovasi guru dalam mengajar; kesembilan, guru penggerak; kesepuluh, penghapusan UN (blog.kejarcita,id, tgl 02 maret 2021).
Demikian juga dengan guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan menggerakan seluruh ekosistem pendidikkan untuk mewujudkan pendidikkan yang berpusat pada peserta didik. Guru penggerak menggerakan komunitas belajar bagi guru di sekolah dan di wilayahnya serta mengembangkan program kepemimpinan peserta didik untuk mewujudkan profil belajar pancasila.
Ada 6 peran guru penggerak dalam program merdeka belajar, yakni (1) mendorong peningkatan prestasi akademik peserta didik; (2) mengajar dengan kreatif; (3) mengembangkan diri secara aktif; (4) mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; (5) menjadi pelatih (coach/mentor) bagi guru lain untuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik; (6) menjadi teladan dan agen transfornasi bagi ekosistem pendidikkan (blog.kejarcita. id, tgl 03 Maret 2021). Demikianlah konsep dan tujuan dari merdeka belajar dan guru penggerak, yakni para pendidik dituntut untuk “bebas” mengeksplore diri dalam membelajarkan peserta didik.
Dan inilah tantangan baru (new challenges) bagi para pendidik saat ini, yang harus disikapi dengan kemaun (will) untuk mengubah habitus lama ke habitus baru. Kemauan saja tidak cukup, tetapi harus ada komitmen (commitment) untuk memulai. Komitmen tidak cukup, tetapi harus ada kesungguhan (seriousness) untuk berubah. Jadi, jika ingin menjadi pendidik yang kreatif ingatlah Kemauan, Komitmen, Kesungguhan (3K) untuk belajar dan terus belajar kreatif..
Thomas Alva Edison, pernah berujar bahwa kesuksesan itu 1% itu hasil ide, (inspiration) dan 99 % adalah hasil keringat (perspiration). So, ide saja belum cukup untuk menjadikan kita pendidik yang kreatif, tetapi harus disertakan dengan keringat dalam hal ini belajar yang tekun. Hanya dengan belajar dan terus belajar, setiap pendidik akan menjadi pendidik yang sukses. Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui usaha kerja keras yang namanya belajar. Sebab, kebanyakan kita para pendidik merasa diri sudah pintar, apalagi sudah menjadi guru/pendidik bertahun-tahun, sehingga tidak perlu belajar lagi.
Silabus dan RPP tidak perlu dibuat karena materi semuanya sudah di kepala, atau ada alasan lain lagi, silabus dan RPP tidak perlu dibuat karena menyita waktu, jika demikian bagaimana kita bisa menjadi pendidik yang kreatif yang sukses? Namun, sekarang dengan adanya gagasan merdeka belajar, maka RPP nya yang dulunya 13 komponen, sekarang menjadi lebih sederhana, hanya 3 komponen, yakni tujuan pembelajaran, kegiatan inti atau langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. Ingat, kesuksesan jangan dilihat dari materi cepat selesai, jangan-jangan kita kena penyakit Asal Materi Abis (ASMA) dianggap kita sudah sukses. Kesuksesan jangan dilihat dari hasil semata, tetapi dari proses yang terjadi,
Jadi yang penting adalah proses menuju hasil. Kalau kesuksesan itu dari hasil yang tidak instan, atau melalui proses, itu baru namanya usaha. Dan sebaliknya jika kesuksesan itu dari hasil yang instan itu namanya ”curang”, jalan pintas ”korupsi”.
Akhirnya menjadi pendidik kreatif nan sukses, sangat ditentukan oleh kita sendiri, sebab kesuksesan melalui usaha kerja keras akan menunjukan kualitas diri kita. Bagi seorang pendidik kesuksesan hasil belajar bermuara pada`perubahan perilaku peserta didik setelah mereka belajar bersama kita. Jadi bukan pertama-tama lulus 100%, atau pada angka di rapor, nilai di ijazah, tetapi bagaimana hasil 100% itu, diikuti oleh perubahan perilaku atau sikap atau karakter yang baik nan positif pada diri peserta didik.
Sekolah yang sukses adalah sekolah yang mampu menjadikan peserta didiknya sopan dalam berkata dan santun dalam bertindak. Lebih lanjut sekolah yang bermutu adalalah sekolah yang memiliki pendidik yang bermutu pula, sebab memproses peserta didik yang tidak bermutu menjadi bermutu, itu baru luar biasa dan itulah sekolah yang berkualitas atau bermutu. Oleh karena itu, jadilah pendidik yang kreatif nan sukses, niscaya sekolah kita akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas atau bermutu.
Menjadi Pendidik yang Kreatif
Kreatif merupakan suatu kondisi dimana seorang pendidik memiliki kemampuan daya cipta. Seorang pendidik yang kreatif berarti juga seorang pendidik yang (Konsisten, Reflektif, Efektif, Atraktif, Tekun, Inspiratif, Fleksibel).
Konsisten: adalah ketetapan, keteguhan, profesional. Menurut KBBI Konsisten berarti: tetap (tidak berubah-ubah), taat asas, ajek, selaras sesuai (perbuatan dengan ucapan).
Jadi jika diuraikan, konsisten dapat berarti sifat yang selalu memegang teguh pada prinsip yang telah dicanangkan dalam diri seseorang. Dengan demikian, pendidik yang konisten adalah pendidik yang profesional, yang taat asas terhadap tuntutan perubahan, serta memiliki sifat yang memegang teguh pada prinsip pembelajaran yang aktual dan up to date. Apalagi dimasa pandemi Covid-19, semangat atau militansi sebagai seorang pendidik tidak akan pernah surut.
Reflektif: bermakna sebagai pikiran, gagasan, pandangan yang terbentuk atau catatan yang dibuat berdasarkan hasil pertimbangan atau pemikiran yang serius. Dalam bahasa sehari hari kata kata reflektif/refleksi sering diartikan sama seperti instropeksi atau berkaca-diri. Seorang pendidik yang kreatif dan inovatif, setelah selesai KBM harus melakukan refleksi atas metode/model pembelajaran yang telah disajikan kepada peserta didik itu, sesuai atau tidak? Jika belum, maka perlu perbaikan atau pengembangan. Di sinilah letaknya kreativitas dan inovasi sebagai seorang guru/pendidik. Dengan demikian, kegiatan refleksi menjadi kegiatan yang produktif.
Efektif: berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna (usaha, tindakan). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektif/efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Jadi, efektif berarti melakukan sesuatu yang benar (do the right thing). Dengan demikian, pendidik yang efektif adalah pendidik yang melakukan PBM yang benar atau dapat membawa hasil yang memuaskan bagi peserta didik, bukan sebaliknya membuat peserta didik bingung.
Atraktif: seorang pendidik harus memiliki daya tarik (performance) dalam membelajarkan peserta didik, juga harus bersifat menyenangkan peserta didik. Pembelajaran atraktif adalah suatu proses pembelajaran yang mempesona, menarik, mengasyikkan, menyenangkan, tidak membosankan.
Keterpesonaan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh keterampilan pendidik dalam meramu/mengemas materi pembelajaran.
Tekun: pendidik kreatif haruslah seorang yang rajin dan bersungguh-sungguh, dalam membelajarkan peserta didik, melalui mendidik dan mengajar. Jadi, tugas pendidik tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Rajin dan bersunguh-sungguh dalam hal ini, rajin membaca dan menyiapkan bahan ajar dengan baik serta bersungguh-sungguh dalam PBM bukan asal masuk kelas dan muatan amat lemah. Ketekunan seorang pendidik akan berdampak pada kesungguhan peserta didik, sebaliknya pendidik yang santai/malas akan membuat peserta didik tidak bergairah/bersemangat dalam KBM.
Inspiratif: seorang pendidik yang kreatif haruslah yang bisa menjadi inspirasi bagi orang lain (peserta didik).
Inspiratif adalah sebuah pemikiran yang muncul sebagai akibat dari adanya ilham. Inspiratif bukan tindakan, tetapi sebuah pemikiran baru yang muncul dalam benak seseorang untuk menyatakan sebuah situasi baru, yang ingin diciptakan. Dalam kata lain, inspiratif adalah “menginspirasi” yang punya arti “menimbulkan inspirasi atau mengilhami”. Dengan demikian, pendidik yang kreatif harus bisa menimbulkan daya cipta bagi peserta didik.
Fleksibilitas: seorang pendiidik juga harus mampu bersikap fleksibel/tidak kaku. Sikap fleksibel yaitu: dapat beradaptasi dengan cepat tanggap, dalam keadaan darurat sekalipun, tanpa kehilangan kendali merupakan ketrampilan yang signifikan dalam mencapai tujuan. Dengan bersikap fleksibel, seorang pendidik mudah beradaptasi dengan lingkungan apapun dan dengan siapapun. Untuk menjadi fleksibel caranya tidak merombak prinsip dan kepribadian.
Fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda dan dengan berbagai individu atau kelompok. Fleksibilitas membutuhkan kemampuan memahami dan menghargai pandangan yang berbeda serta bertentangan, mengenai suatu isu, menyesuaikan pendekatannya, karena suatu perubahan situasi dan dapat menerima dengan mudah menerima masukan dari orang lain (peserta didik). Ingat tidak selamanya pendidik itu benar, ilmu bersifat tentatif (belum pasti; masih dapat berubah).
Penutup
“Jika anda ingin melihat masa lalu, lihatlah keadaan sekarang. Jika anda ingin melihat masa depan maka lihatlah apa yang anda lakukan sekarang.”
Menjadi pendidik kreatif adalah sebuah pilihan sekaligus keharusan, sebab kesuksesannya tercermin pada kesuksesan peserta didiknya. Untuk itu, agar seorang guru/pendidik kreatif, maka dalam dirinya harus memliki kemauan (will) untuk belajar terus dan terus belajar, komitmen, kesungguhan, untuk meraih sukses. Jika peserta didiknya sukses dari hasil pendidik yang kreatif, maka akan menjadi promosi yang luar biasa bagi unit kerjanya dan pasti akan selalu dikenang.
Dengan demikian, pendidik yang sukses tidak diukur dari selesai materi pelajaran sebelum waktu yang ditentukan. Kesuksesan tidak juga dinilai dari peserta didik yang diam, saat pendidik menyampaikan materi ajar. Kesuksesan bisa dilihat selama proses di kelas saat PBM berlangsung, juga dapat diihat dari sikap, karakter yang baik nan positif serta perbuatannya di luar kelas atau di masyarakat sebagai output sekaligus outcome. Maka, merdeka belajar dan guru penggerak, hanya akan bermakna, jika para pendidiknya berkreatif, dalam arti mampu menciptakan hal baru dengan cara baru dan kreasi baru yang berbeda dari sebelumnya.