Tidak sedikit anak yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung risiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Oleh Endah Puji Astuti, Guru di SMP N 1 Jiken Kabupaten Blora
Orang tua atau keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan.
Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anak-anaknya. Di mana pun anak tersebut menjalani pendidikan, baik di lembaga formal, informal maupun non formal, orang tua tetap berperan dalam menentukan masa depan pendidikan anak-anaknya.
Pendidikan di luar keluarga, bukan dalam arti melepaskan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, tetapi hal itu dilakukan orang tua semata-mata karena keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh orang tua, karena sifat ilmu yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sementara orang tua memiliki keterbatasan-keterbatasan.
Di samping itu juga, karena kesibukan orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ikut mendorong orang tua untuk meminta bantuan pihak lain dalam pendidikan anak-anaknya.
Khusus berkaitan dengan pendidikan formal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di lembaga sekolah, maka kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Karena bagaimanapun, anak masih membutuhkan bantuan orang tuanya dalam belajar, meskipun dia telah mengikuti pendidikan sekolah.
Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dalam rumah tangga sangat menentukan keberhasilan anak dalam belajar, hal ini memberikan dampak positif terhadap perubahan tingkah laku dan perkembangan pendidikan anak.
Orang tua memperhatikan cara belajar anak di rumah sehingga anak memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak terlepas dari peranan orang tua dalam memberikan bimbingan di rumah, memperhatikan anak dalam mengerjakan tugas, mengatur disiplin anak dan sebagainya. Peranan orang tua terhadap anak ini sering dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam memberikan bimbingan dan pembinaan kepada anak.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar anak di sekolah sangat dipengaruhi oleh adanya perhatian, bimbingan, dan pengawasan dari orang tua terhadap belajar anak.
Orang tua harus mempunyai kepedulian terhadap belajar anak di rumah dan berusaha membantu belajar anak sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Kebanyakan orang tua ingin sekali agar anak-anaknya mencapai prestasi tinggi di sekolah.
Motivasi sangat penting dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar. Sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar anak yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.
Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar. Maslow (1954) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hierarkis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya.
Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih. Contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar, tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau terpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tersebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja.
Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).
Anak akan termotivasi secara penuh dalam belajar apabila kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang anak yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain maupun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar.
Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang anak yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, merasa kuat, merasa mampu atau bisa, merasa berguna dalam hidupnya.
Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.
Setiap anak memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit anak yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung risiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga anak yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi.
Anak memiliki motivasi belajar tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Anak akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan teman-temannya.
Anak-anak atau siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan.
Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa anak-anak atau siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk.
Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi maupun membentuk gambaran anak tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambaran tentang masing-masing anak yang lebih positif.
Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akan cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar.
Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penghargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi.
Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.
Menurut Mc. Donald (Tabrani, 1992), “Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.” Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu:
- motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi
- motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal)
- motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Jenis motivasi
Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Seperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu (Tabrani, 1992:120).
Lalu bagaimanakah cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi? Khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi.
Ada beberapa peranan orang tua untuk motivasi belajar anak adalah suatu pola tingkah laku atau tindakan yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu: memberikan dorongan (motivasi belajar pada anak), membimbing belajar anak, memberi teladan yang baik pada anaknya, komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak, memenuhi kelengkapan belajar anak di rumah, dan melakukan pengawasan terhadap cara belajar anak.