P5 Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang disusun berdasarkan prinsip kebebasan, keterbukaan, partisipasi, pemberdayaan, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Oleh Suwarti, S.Pd, Mahasiswa Prodi Magister Administrasi Pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana
Dunia pendidikan adalah dunia yang terus berkembang seiring perkembangan IPTEK guna menjawab tuntutan zaman. Perubahan paradigma yang melahirkan berbagai inovasi dalam pendidikan, tertuang dalam setiap kebijakan yang dibuat. Salah satunya adalah kebijakan perubahan kurikulum. Perubahan paradigma kurikulum pendidikan di Indonesia yang telah beberapa kali berganti, menimbulkan reaksi yang beragam. Banyak yang mempertanyakan, namun banyak pula yang mendukung perubahan tersebut berharap agar Indonesia mampu memiliki paradigma baru dalam mendidik siswa. Terutama mengenai perubahan paradigma para pengajar yang semula kental dengan teacher centered menjadi pengajar yang lebih student centered.
Kurikulum 2013 memang mengusung student centered, tetapi banyaknya administrasi yang harus dipenuhi guru dan banyaknya cakupan materi yang diajar, hal itu membuat guru gagal di dalam menerapkan pengajaran yang berbasis student centered (Anggraena, dkk., 2021).
Kurikulum 2013 lebih berorientasi pada penguasaan materi (kognitif). Namun kehadiran Kurikulum Merdeka, melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) membantu untuk menyeimbangkan aspek kognitif, psikomotorik dan praktik nyata dari teori yang telah dipelajari. Guru juga memiliki ruang lebih luas untuk menyusun pengajaran yang berbasis student centered, karena pemerintah menyediakan alokasi waktu bagi murid untuk mengerjakan P5 di dalam jam pembelajaran atau intrakurikuler.
Kurikulum Merdeka merupakan perbaikan dari Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum Merdeka terdapat konsep “merdeka belajar dan merdeka mengajar“ yang digulirkan Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, yang berarti “kemerdekaan berpikir“. Hal ini berarti guru memiliki kebebasan memikirkan bagaimana merancang pembelajaran yang baik dan menarik, memikirkan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan, memikirkan metode dan pendekatan yang tepat, memikirkan strategi, penilaian, serta output siswa yang diharapkan dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan (Daryanto, 2022).
Dalam Kurikulum Merdeka terdapat Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang menjadi salah satu sarana pembelajaran dalam memperkuat karakter dan kepribadian siswa sesuai nilai-nilai Pancasila. P5 Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang disusun berdasarkan prinsip kebebasan, keterbukaan, partisipasi, pemberdayaan, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan dilaksanakan pada jam pembelajaran mata pelajaran tertentu. Perlu dipahami bersama bahwa penerapan P5 ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir dari proyek saja, namun lebih dari pada itu. Setiap proses dan tahapan dalam pengerjaan merupakan bagian yang penting dalam penilaian.
Setiap aktivitas yang dilakukan siswa menjadi sarana dalam pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Karena seperti yang jelaskan oleh Zuchron (2021), kekuatan gagasan Pancasila yang tercermin dalam sila-sila menjadi pedoman untuk memperkuat kepribadian bangsa Indonesia. Memperkuat kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam P5.
Profil Pelajar Pancasila sesuai visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang tertuang dalam Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 untuk mewujudkan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Berikut 6 dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila:
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Pelajar yang mampu memahami ajaran agama, sehingga memiliki akhlak beragaman, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.
- Berkebinekaan global. Pelajar Indonesia yang mampu mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, serta tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain.
- Bergotong royong. Pelajar Indonesia yang mampu bekerja sama, yang diwujudkan dalam kolaborasi, kepedulian dan sikap berbagi dengan orang lain.
- Pelajar yang mampu bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan hasil belajarnya. Sehingga memiliki kesadaran diri dalam menentukan sikap terhadap situasi yang dihadapi.
- Bernalar kritis. Pelajar yang mampu secara objektif menerima, memproses, menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan informasi yang diterima. Sehingga hal ini akan membantu dalam mengambil keputusan.
- Pelajar yang mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak bagi sesama dan lingkungan.
Langkah-langkah implementasi P5 Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran:
- P5 harus diintegrasikan dalam kurikulum dan dimasukkan dalam program/jadwal pembelajaran. Karena pengerjaan P5 dilakukan pada jam pelajaran atau intrakurikuler.
- Sekolah harus memiliki sumber daya dan fasilitas yang memadai. Sumber daya dan fasilitas ini tentunya disesuaikan dengan proyek yang akan dikerjakan, agar proyek dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan.
- Guru harus memiliki pemahaman yang benar mengenai P5, karena guru harus terlibat dan membimbing siswa mulai dari mendesain, mengelola, mendokumentasikan, melaporkan hasil, mengevaluasi hingga menindaklanjuti proyek tersebut.
Dalam hal ini, P5 dilaksanakan di SMA Kristen Kalam Kudus. SMA Kristen Kalam Kudus Selatpanjang, terletak di Kabupaten Meranti, Kepulauan Riau. Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1972. 95 persen siswa adalah suku Tionghoa, berbahasa Hokkien, dan 5 persen lainnya terdiri dari suku Jawa, Batak, Melayu, dan Ambon. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMA Kristen Kalam Kudus, dilaksanakan pada Fase E (X). P5 ini mengusung tema “Bhinneka Tunggal Ika“ dengan subtema “Unity in Diversity“. Implementasi P5 ini bertujuan untuk menggali potensi, pengetahuan serta keterampilan siswa dalam memahami perbedaan dan mengajak siswa untuk membuka mata lebih lebar sehingga dapat melihat keberagaman dan kekayaan budaya yang ada di Indonesia.
Pada pelaksanaan proyek pada Fase E ini, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk mengupas kekayaan budaya yang ada dalam salah satu suku di Indonesia. Contoh: kelompok suku Papua, kelompok suku Batak, kelompok suku Jawa, kelompok suku Melayu, kelompok suku Dayak, dll. Mulai dari tarian, lagu, makanan khas, rumah adat, budaya, bahasa, pakaian, dll. Serta sejarah dibalik ke-khas-an dari setiap suku tersebut.
Setiap kelompok yang terdiri dari 10 siswa akan berdiskusi, bekerja sama, dan berbagi tugas. Pembelajaran melalui proyek tersebut dilaksanakan kurang lebih 18 JP, didesain dalam sebuah modul proyek dan dilaksanakan pada beberapa pelajaran yang berkolaborasi. Pada akhir proyek ini, setiap kelompok akan ditantang untuk mengemas dan menampilkan proyek mereka dalam sebuah pagelaran. Nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila seperti: kerja sama, kebinekaan yang global, dan kreatif adalah 3 contoh dimensi yang menjadi salah satu tujuan dari proyek “Bhinneka Tunggal Ika“ ini.
Manfaat P5 bagi siswa:
- Meningkatkan kreativitas siswa, kemandirian dan tanggung jawab. Siswa didorong untuk kreatif, inovatif dan berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan, atau dalam hal ini menyikapi segala perbedaan agar tidak menimbulkan permasalahan.
- Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Membangun kerja sama, baik siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa. Karena siswa diberi kebebasan dan kesempatan untuk mengekspresikan dan mengembangkan potensi sesuai dengan kreativitas yang didukung dengan fasilitas yang ada. Dalam hal ini pembelajaran student centered menjadi poin yang penting.
- Meningkatkan pencapaian siswa. Nilai siswa tidak hanya sekadar “nilai angka” di akhir pembelajaran. Namun siswa akan memiliki sebuah pencapaian yang lebih berharga dari itu. Proyek ini membantu memperkuat karakter dan kepribadian siswa. Karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dan membantu siswa menjadi pribadi yang memiliki pemikiran terbuka, mampu bekerja sama dan memiliki life skill yang baik, sehingga dapat menjadi bekal dalam hidup bermasyarakat.
Manfaat P5 bagi guru:
- Adanya kolaborasi. Kolaborasi ini bisa terjalin antar sesama guru, kolaborasi dengan orang tua dan kolaborasi dengan warga sekolah. Pada implementasi P5 “Bhinneka Tunggal Ika“ di SMA Kristen Kalam Kudus, terjadi kolaborasi yang baik dari beberapa guru pada Fase E. Guru PPKn, Geografi, Sosiologi, Agama dan Sejarah, duduk bersama menyamakan konsep mengenai P5 dan merencanakan proses pembelajaran dengan tujuan akhir yang jelas. Guru-guru tersebut saling berdiskusi merancang proyek, melakukan pembagian jam, materi dan profil karakter yang ingin dicapai, agar bisa menjadi satu kesatuan dalam sebuah modul untuk diimplementasikan bersama.
- Guru diberi kebebasan dalam menentukan tujuan, isi dan metode pembelajaran. Guru dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan fasilitas yang ada. Oleh sebab itu guru harus “terbuka“, melihat bahwa murid yang sedang dididik adalah sebuah generasi yang berbeda. Generasi dengan kemampuan yang berbeda, kebutuhan yang berbeda, juga tantangan zaman yang berbeda. Sehingga pembelajaran yang dilakukan bisa lebih efektif, menyenangkan dan bermanfaat.
- Membantu guru dalam menilai siswa secara benar, kemudian mengambil tindakan bagi siswa yang membutuhkan bantuan/mengalami kesulitan. Karena proyek ini tidak hanya fokus kepada produk akhir saja, namun dalam setiap tahapan proyek yang dilakukan guru mendampingi dan memberikan pengarahan. Sehingga guru akan melihat adanya proses dari yang tidak tahu -adanya proses/usaha dari siswa untuk belajar/menjadi tahu sehingga mampu menampilkan pencapaian di akhir proyek.
Pelaksanaan P5 Kurikulum Merdeka diharapkan mampu memberi sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui proyek bertema “Bhinneka Tunggal Ika“ dengan subtema “Unity in Diversity“ diharapkan mampu mengajarkan kepada siswa untuk melihat perbedaan sebagai sebuah keunikan dan kekayaan yang harus dilestarikan. Siswa diharapkan mampu melihat pentingnya “kesatuan dalam keberagaman“. Karena perbedaan bukanlah alasan untuk memunculkan sebuah perpecahan. Melalui Kurikulum Merdeka ini, siswa maupun guru juga dituntut untuk memiliki kesadaran menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Para pendidik generasi bangsa, kita adalah generasi masa lalu yang mengajar di masa sekarang untuk mempersiapkan generasi yang akan datang. Mari terus berbenah dan memperlengkapi diri. Agar generasi yang akan memegang masa depan Indonesia ini nanti memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila, sebagai fondasi dalam menghadapi tantangan zaman. Terus semangat para pendidik generasi bangsa.