Muda  

Bukan Kopi Biasa

Suasana diskusi di Kafe Nuca Lale, Selasa, 4 Juli 2023. Foto/Evan Sunardi.

WhatsApp saya berdering, menandakan ada pesan baru yang masuk. Teman saya, Inok Latu, mengirim ajakan untuk minum kopi di Kafe Nuca Lale, Penfui, pada Selasa, 4 Juni malam. Kafe tersebut sangat populer dan terletak tidak jauh dari tempat saya, Liliba, di bagian timur Kota Kupang.

Kafe ini milik seorang mahasiswa muda asal Manggarai. Namanya Kamelus Hambur, yang biasa dipanggil Kamel. Kamel masih sangat muda namun penuh energi.

Selain mengelola kafe, ia juga memiliki tiga usaha lain yang berjalan lancar. Berkat kesuksesan dalam berbisnis, Kamel bahkan telah membeli mobil baru sebagai kendaraan operasionalnya. Ia menjadi terkenal sebagai seorang pengusaha muda yang sukses di Kota Kupang. Tidak mengherankan jika berbagai organisasi mahasiswa di kota ini memintanya untuk berbicara tentang bisnis.

Perjalanan hidup Kamel sungguh luar biasa, meski tidak secara detail tertulis di sini. Di kota yang banyak dihuni mahasiswa, sangat sedikit yang sehebat dirinya. Karena itu, bagi yang mengenalnya pasti memberikan penghargaan yang tinggi. Kami pun tak terkecuali.

Cerita kehidupan Kamel inilah yang membawa kami ke kafe itu. Selain ingin menikmati momen santai sambil menyeruput secangkir kopi Manggarai yang hangat, kami juga ingin menyerap semangatnya.

Klik dan baca juga:  Rayakan Anniversary HIPMI Ke-50, BPC Kota Kupang Bagikan 50 Juta untuk Mahasiswa

Di kafe itu, selain saya, Inok, dan Kamel, hadir juga beberapa teman diskusi lain. Mereka adalah Gonsa Wilman, Evan Sunardi, Jonal Mikael, Elfrit Dasmadi, Atik Tanggut, dan Arsen Setiawan. Mereka tokoh muda terkenal dari berbagai latar belakang, mulai dari aktivis mahasiswa, pengusaha muda, kreator konten, hingga peramal.

Di sisi lain kafe, tampak seorang pemuda sedang menyeruput kopi. Sepertinya ia singgah sejenak di kafe itu untuk beristirahat dari keramaian kota. Tak lama setelah itu, ia tak terlihat lagi. Ia pergi.

Era digital

Setelah kami semua berkumpul, kami membahas banyak hal. Mulai dari kehidupan di era digital, isu media, politik lokal dan nasional, dunia kerja dan bisnis, kehidupan gereja, budaya, aktivisme mahasiswa, organisasi, hingga pada akhirnya topik percintaan.

Di tengah diskusi yang serius namun santai, Inok Latu mengungkapkan pandangannya bahwa perubahan adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. Kemajuan teknologi dan inovasi selalu menjadi pendorong perubahan dalam masyarakat. Dalam bidang komunikasi dan informasi, kita memiliki platform-platform seperti Instagram, Tiktok, dan Facebook. Inovasi-inovasi ini terus mendorong ruang publik agar terjadi diskusi dan tercapai konsensus.

Platform media sosial tersebut, yang bersifat tidak formal dan tidak eksklusif, memungkinkan kita bertemu dan menyampaikan pendapat serta pikiran kita untuk mencapai perubahan dan perbaikan. Terutama terkait kebijakan publik. Namun, pengguna diharuskan bijak dalam mengakses ruang publik ini.

Klik dan baca juga:  Surat dari Dapur Redaksi: Melangkah Menyasar Akal Budi

Gonsa dan Atik, sebagai kreator konten muda di Tiktok, mengatakan bahwa perkembangan platform media sosial asal China tersebut kini memberikan kebebasan lebih kepada warga untuk berekspresi dan mendapatkan penghasilan. Tidak dapat disangkal bahwa banyak orang yang hidup dari platform tersebut.

Tiktok bukan hanya sekadar saluran hiburan dan berbagi foto dan video pendek, tetapi telah bertransformasi menjadi platform pasar yang memudahkan pertemuan antara pembeli dan penjual.

Menurut Gonsa dan Atik, bisnis periklanan juga mengalami pergeseran cepat dari yang konvensional menjadi yang lebih kontemporer. Pelaku usaha dapat memanfaatkan jasa kreator konten untuk promosi atau iklan produk mereka. Dari sinilah para kreator mendapatkan penghasilan.

Evan, Jonal, dan Elfrit, yang merupakan mahasiswa hukum, mengingatkan bahwa meskipun Tiktok dianggap bermanfaat, pembuat konten dan penonton harus tetap selektif dalam penggunaannya. Hindari konten yang tidak berfaedah seperti pornografi, ujaran kebencian, dan sejenisnya.

Ketiga mahasiswa tersebut menekankan pentingnya etika dalam bermedia sosial serta pemahaman tentang hukum yang terkait dengan UU ITE. Kurangnya etika dan pengetahuan hukum dapat mengakibatkan banyak konten yang dilaporkan dan merugikan banyak orang. Pengguna harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam masalah yang merugikan.

Klik dan baca juga:  Orang Muda Manggarai Belajar Tata Kelola Agroekowisata di Detusoko

Kopi di kafe yang menyatukan

Pertemuan di kafe ini, dengan orang-orang yang memiliki latar belakang dan minat yang berbeda adalah sesuatu yang menghadirkan inspirasi. Percakapan yang hangat dengan tawa, dan energi positif yang mengelilingi meja kami menciptakan pertemanan yang menyatukan.

Perjumpaan ini tidak hanya sekadar minum kopi, tetapi juga merupakan momentum berbagi ide, menemukan perspektif baru, dan memperluas jaringan pertemanan yang kuat.

Topik terakhir yang dibahas adalah dunia percintaan, yang dipandu oleh pemilik kafe, Kamel, dan Gonsa. Mereka berdua cukup mumpuni dan memiliki pengalaman dalam hal tersebut. Sementara yang lainnya mendengar sambil mengamati. Sebab masih belia untuk tidak dikatakan tidak memiliki pengalaman.

 

(irfan)