Kupang, detakpasifik.com – NTT sangat bangga. Kepada Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay atau dikenal Nono. Nono adalah siswa kelas 2 di Sekolah Dasar (SD) Inpres Buraen 2, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT.
SD Inpres Buraen 2 merupakan sekolah binaan Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslin (YPA-MDR). Dari sana, Nono mengikuti kompetisi tingkat dunia: International Abacus World Competition, Abacus Brain 2022.
Kompetisi itu diikuti sekitar 7.000 siswa dari seluruh dunia. Dan Nono, bocah berusia 7 tahun itu berhasil berada di posisi pertama. Dia mengalahkan peserta dari belahan dunia lain: Qatar dan Amerika Serikat yang menempati posisi kedua dan ketiga.
Abacus World Competition merupakan wadah perlombaan matematika untuk seluruh siswa Abacus Brain Gym di seluruh dunia. Skor dinilai dari jumlah file yang dikerjakan siswa selama satu tahun.
Satu file terdiri dari 10 soal. Tiap file yang dihitung untuk penilaian minimal mendapat nilai 70. Kompetisi ini ditutup dan pemenangnya diumumkan pada akhir Desember 2022. Nono juga merupakan peraih juara lomba olimpiade matematika internal sekolah binaan Astra.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat saat bertemu perwakilan Internasional Abacus Brain Gym yang mengadakan kompetisi matematika dan sempoa/swipoa itu mengatakan bangga melihat prestasi Nono yang mengharumkan NTT.
“Saya merasa senang dan bangga melihat anak seperti Nono yang cerdas dan membanggakan NTT, dan peran guru yang sangat penting dan baik dalam dunia pendidikan membawa anak yang cerdas,” kata Gubernur Viktor.
Dia mengatakan tanggung jawab seorang guru dalam pendidikan masih panjang. Anak-anak harus dijaga dan dilatih. Seperti Nono. Atau tidak harus sama, tapi memiliki cara yang tidak jauh berbeda.
“Tidak ada yang tidak bisa. Semua anak itu pasti bisa dengan cara yang berbeda-beda. Jaga anak-anak sampai usia yang matang dan tidak membuat anak menjadi stres. Membuat anak menjadi manusia yang hebat bukan hanya intelektual, tetapi daya tahannya,” kata Viktor dalam keterangannya.
Gubernur mendorong para guru untuk mendidik murid menjadi manusia yang hebat. Bukan hanya hebat atau cerdas berdasarkan ilmu pengetahuan, tetapi memiliki daya tahan yang kuat: baik kemampuan bertahan terhadap pengaruh dari luar (diri) juga kemampuan ketahanan fisiknya.
Dia menyatakan orang tua harus memberikan kasih sayang kepada anak. Kekurangan kasih sayang pada anak berpengaruh pada kemampuan cara berpikir anak.
“Para orang tua harus terus memberikan afeksi atau kasih sayang terhadap anak. Karena afeksi yang lemah maka daya tahan anak dalam menghadapi berbagai tantangan menjadi lemah,” jelasnya.
(dp)