Kupang, detakpasifik.com – Para tokoh politik dan cerdik cendekia Ikatan Keluarga Manggarai Raya (IKMR) Kota Kupang, kini mulai melirik peluang kompetisi politik wali kota Kupang.
Para delagatus tokoh politik dan intelektual Manggarai Raya membahas peluang berkompetisi dalam suksesi perebutan kursi wali kota dan atau wakil wali kota Kupang pasca-kepemimpinan Jefri Riwu Kore dan Herman Man.
Ditengarai, banyak kandidat mumpuni yang dipunyai IKMR. Mereka sanggup memimpin Kota Kupang apalagi jika bercermin dari gaya dan model kepemimpinan Kota Kupang sebelumnya yang dinilai pas-pasan saja.
Hadir pada kesempatan itu sejumlah pengurus teras IKMR, pengamat politik, mantan anggota DPRD Provinsi NTT, para aktivis partai politik, jurnalis dan para aktivis mahasiswa Manggarai Raya serta kekuatan elemen subetnik Manggarai Raya.
Mereka bersepakat untuk menggalang kekuatan politik. Menurut percikan pemikiran mereka, Kota Kupang adalah sebuah teritori tarung bebas para diaspora.
Karenanya, semua orang berhak untuk ikut berkompetisi dalam politik elektoral di Kota Kupang. Partai politik pun akan mencalonkan aktor yang memiliki harapan untuk melakukan perubahan signifikan bagi pertumbuhan demokrasi di Kota Kupang.
Akibatnya, sekat-sekat elektoral berbasis etnik, agama dan aliran politik menjadi sangat cair karena orientasi fenomena politik ke depan justru cenderung berbasis pada kualitas dan integritas para aktor politik.
Basis utama pematangan demokrasi adalah hadirnya variable capacity and integrity pada para individu aktor politik. Integrity and capacity actor merupakan syarat mutlak yang diperlukan pada para pemimpin politik, jika seluruh elemen masyarakat berpikir ke depan.
Namun, jika kita selalu berpikir looking back, maka problem demokrasi tidak akan membuahkan hasil maksimal dalam wajah pembangunan, karena politisinya berpikir mengulangi cara dan gaya kepemimpinan lama.
IKMR justru sangat percaya dan yakin sekali bahwa banyak sekali stok orang berkelas bagus di IKMR. Mereka tak hanya memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni, tetapi juga memiliki reputasi integritas moral prima yang terandalkan.
Pertemuan dipimpin oleh salah satu tokoh senior yaitu pengacara kesohor Kota Kupang, Frans Tulung, S.H. Dalam kapasitasnya sebagai salah satu Dewan Penasihat IKMR Kota Kupang, Frans Tulung menyerukan agar IKMR tak lagi boleh sekadar menjadi penonton. Atau sekadar menjadi pengamat kritis politik, melainkan segera bergerak menjadi pemain dan pelaku utama politik di pusaran politik.
Demokrasi
Tampak hadir para ahli hukum dan cendekiawan ilmu politik yang peduli pada pendewasaan demokrasi. Dalam konteks pendewasaan demokrasi, IKMR berpendapat demokrasi tidak akan mungkin berkembang baik tanpa hadirnya aktor demokrasi.
Aktor demokrasi justru tampak sangat banyak dalam tubuh IKMR yang selama ini hanya memilih sebagai pengamat politik. Keterlibatan mereka sebatas sebagai perajut langkah politik dan gerakan politik, tetapi tidak melangkah jauh sebagai pemain utama di arus tengah politik Kota Kupang.
Menurut IKMR, stok politisi dan pemimpin di IKMR sangat banyak dari latar belakang studi yang beragam. Yang diperlukan sekarang ialah konsolidasi internal. Konsolidasi untuk mengantar satu atau beberapa tokoh berpengaruh dalam kompetisi politik elektoral di Kota Kupang.
IKMR memikirkan dua pola atau model seturut ketentuan Undang-Undang Pemilu. Dicalonkan melalui partai politik atau melalui calon perseorangan.
Meski demikian, IKMR perlu mencermati perilaku politik massa, terutama para elit oligarki yang selalu mengarahkan dan membimbing banyak orang dengan cara berpikir buruk kampungan melalui sekat-sekat politik primordialistik.
Seolah-olah Kota Kupang hanyalah dimiliki satu etnik atau golongan sosial tertentu. Padahal realitas empirik sosiologis Kota Kupang adalah kota para diaspora yang telah mengalami asimilasi sosial kultural dan telah mengalami eksodus cara berpikir primordial ke cara berpikir lateral.
Semua cara berpikir sempit kerdil justru sangat kontradiktif dengan sebutan Kota Kupang sebagai kota sarang intelektual di NTT. Salah satu ciri berpikir intelektual ialah berpikir keluar kotak tanpa sekat-sekat primordial.
Jika IKMR berpikir untuk ikut terlibat aktif dalam politik elektoral, itu sama sekali tidak membuktikan adanya kesempitan berpikir atau membasiskan primordialitas, tetapi malah justru IKMR meneladani bagaimana kekuatan intelektual para diaspora menjadi faktor pembebas politik yang aktual dan kultural.
Jadi gerakan politik IKMR adalah tak sekadar gerakan politik biasa, melainkan gerakan moral dengan tuntutan syarat yang sangat tinggi.
(tim dp)