Kupang, detakpasifik.com – Jumlah pasien yang menjalani terapi cuci darah atau hemodialisis akibat gagal gingal kronis (GGK) di Kota Kupang dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meningkat. Data dari RSUD juga menunjukkan GGK menjadi penyebab nomor 1 kematian dari tahun 2020 hingga saat ini.
Karena kondisi itulah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Undana menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Puskesmas Pembantu Kampung Amanuban – RT 19, Kelurahan Oebufu, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Minggu, 25 Juni 2023.
FKM Undana dalam keterangannya menilai, penanganan medis pasien GGK menjadi terhambat dan kurang baik karena kondisi penanganan lewat terapi cuci darah yang sulit diterima oleh pasien dan keluarga. Cuci darah dipandang sebagai jalan untuk semakin mendekatkan pasien dengan kematian. Mestinya pasien perlu menyamankan kondisi fisik dan psikisnya agar mampu beradaptasi dan bertahan hidup dengan cuci darah.
Kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi HD sangat membutuhkan dukungan yang besar. Terutama dari orang terdekat atau keluarga yang merawat pasien. Loyalitas, kesabaran, dan ketabahan keluarga dinilai akan mempengaruhi daya juang pasien untuk bertahan dan tetap berproduktif.
FKM peduli
Kegiatan pengabdian ini bertujuan memberikan dukungan kepada pasien GGK di wilayah yang memiliki akses terbatas dan menumbuhkan self care dan kesadaran tentang pentingnya hidup sehat.
Program yang mengusung tema ”Pemberdayaan Keluarga dalam Meningkatkan Self Care Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Daerah Lahan Kering Kepulauan” ini diikuti empat doktor. Mereka adalah Dr. Maria Dwi Wahyuni, S.KM., M.Kes(Epid), Dr. Pius Weraman, S.KM., M.Kes, Dr. Imelda F.F. Manurung, S.KM., M.Kes, dan Dr. Yendris K. Syamruth, S.KM., M.Kes yang berlaku sebagai panitia pelaksana.
Selain empat doktor, juga dihadiri tim medis dari Pustu Oebufu, ahli psikologi, tim kreatif, dan beberapa akademisi dari FKM Undana untuk memberikan edukasi dan pelatihan audit kesehatan mengenai pentingnya self care kepada keluarga pasien GGK.
Baca juga:
- Undana Kian Moncer Empat Guru Besar Dikukuhkan
- Asosiasi Ilmu Politik Indonesia NTT Prihatin Terhadap Kondisi Politik di Tanah Air
Pelatihan ini mencakup pengetahuan dasar tentang GGK, manajemen diet yang tepat, pengawasan obat-obatan, serta keterampilan perawatan diri seperti dialisis peritoneal atau cuci darah.
Selain itu, keluarga juga diberikan informasi tentang tanda-tanda peringatan yang harus diperhatikan dan bagaimana cara mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi. Dan yang paling penting adalah edukasi persoalan self care yaitu pendekatan emosianal keluarga dengan pasien GGK.
Self care ini berkaitan tentang pribadi yang baik, yang bisa memberikan rasa empati yang besar kepada mereka yang menderita GGK, terutama pelayanan yang diberikan oleh keluarga.
Inisiatif pemberdayaan keluarga ini juga untuk menyediakan akses ke sumber daya yang dibutuhkan oleh pasien GGK dan keluarganya. Hal ini termasuk memfasilitasi pemeriksaan kesehatan gratis, serta memberikan dukungan emosional kepada keluarga pasien.
Melalui kegiatan ini diharapkan pasien GGK di daerah lahan kering kepulauan, terlebih khusus di Kampung Amanuban dapat menerima perawatan yang lebih baik dan meningkatkan self care.
Pasien GGK didorong untuk mengambil peran aktif dalam perawatan diri mereka sendiri. Mereka diberdayakan untuk melakukan tindakan perawatan seperti dialisis peritoneal atau cuci darah secara mandiri. Ini membantu meningkatkan self care pasien dan memungkinkan mereka untuk memiliki kontrol yang lebih besar atas kondisi kesehatan mereka.
Dukungan yang diberikan kepada keluarga pasien pun akan membantu meningkatkan self care pasien dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat terjadi. Selain itu, pemberdayaan keluarga juga dapat mengurangi beban finansial yang biasanya terjadi akibat biaya perawatan GGK.
Sangat baik
Dekan FKM Undana Prof. Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes dalam sambutannya menjelaskan aturan dan maksud kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu. Dia menyampaikan banyak terima kasih ke semua pihak yang telah mendukung keberlangsungan kegiatan tersebut. Mulai dari pihak Puskesmas Oepoi hingga peserta yang hadir.
Kepala Puskesmas Oepoi yang diwakili Maria Goreti Gunu Korohama, A.Md.Farm mengucapkan terima kasih yang besar kepada panitia pelaksana yaitu pihak FKM Undana karena telah memilih Puskesmas Pembantu (Pustu) Oebufu sebagai tempat terlaksananya kegiatan yang sangat bermanfaat ini.
Baca juga:
“Pihak puskesmas tentu sangat senang bisa bersinergi dengan FKM Undana dalam melaksanakan pemberdayaan kesehatan kepada masyarakat di Kampung Amanuban,” katanya.
Ketua RT 19 Oebufu Andreas Kuala Anding juga menyampaikan hal yang sama. Dia bersyukur kegiatan PKM ini dilaksanakan di wilayahnya tentang dunia kesehatan terutama berkaitan GGK.
Dia berharap ke depan tempat ini terus dipakai oleh FKM Undana dalam setiap kegiatan pemberdayaan agar masyarakat di Kampung Amanuban memperoleh informasi dan ilmu serta motivasi dalam merawat kualitas kesehatan hidup mereka.
Narasumber yang kompeten
Program PKM ini juga dihadiri dua narasumber yang memiliki kapasitas dan kredibilitas yang sangat mumpuni dalam bidang kesehatan. Terutama dalam membahas GGK.
Narasumber pertama dr. Yuliana Imelda Ora Adja, M.Biomed., Sp.N. Dokter Yuliana menjelaskan banyak hal seputar tentang hipertensi dan penyakit gagal ginjal. Masyarakat yang hadir diberi informasi untuk memahami hipertensi dan gagal ginjal yang selama ini kurang diperhatikan.
Narasumber kedua adalah Mariana Ikun R.D. Parera, M.Psi.T., Psikolog. Mariana menjelaskan sejumlah hal yang berkaitan tentang penyakit kronis. Dia mengatakan dukungan sosial bagi pasien merupakan hal yang krusial dalam meminimalisir beban finansial maupun psikologis. Dukungan dari keluarga juga sangat penting karena keluarga merupakan ujung tombak bagi pasien dalam menjalani rehabilitasi.
Maria menjelaskan, dalam kondisi lahan kering kepulauan yang sulit diakses, pasien GGK sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan perawatan yang memadai.
“Dalam situasi ini, keluarga memegang peranan penting dalam merawat pasien secara mandiri. Oleh karena itu, inisiatif pemberdayaan keluarga ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada keluarga pasien GGK agar mereka dapat mengambil peran yang lebih aktif dalam merawat pasien,” katanya.
(dp/fkm)