Tak terasa perjalanan ziarah detakpasifik.com kian bertambah kawan apalagi sahabat. Media online ini dibaca aneka kalangan, entah dengan alasan apa. Tetapi, penjaga gawang redaksi, terutama para pemikir di markas besar detakpasifik.com di Jalan Antarnusa, Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT, selalu berpikir apa yang enak dibaca dan penting untuk para pembaca.
Informasi apakah kiranya yang menyehatkan akal budi, agar tidak terjebak dalam jurnalisme asal gampang, serampangan, asal tulis dan sekadar meramaikan lalu lintas persaingan berita. Tetapi, lebih dari itu, apa kiranya laporan jurnalis detakpasifik.com yang menyasar persoalan manusia, masalah rakyat NTT, masalah kehidupan, kesunyian renungan, dan terutama gelombang dinamika kawasan Pasifik Selatan dunia ini.
Apa pula kiranya tulisan detakpasifik.com yang menyasar akal budi agar budi yang berakal itu tetap segar ugahari dan terutama mengabdi pada kepentingan banyak pihak. Maka, diskusi menjadi dapur masak untuk selalu awas arah, dan sehat arahan. Bahkan, di markas besar detakpasifik.com bukanlah hal langka jika diskusi akhir pekan, meski hanya diisi oleh lima orang.
Biasanya, Pemimpin Redaksi Irfan Budiman, selalu bawa soal untuk dipersoalkan. Dua Redaktur detakpasifik.com Kristo dan Prim, begitu kami biasanya menyapa dua pemikir kritis ini, menawarkan anggur solusi meski kadang kami terhalang tanpa solusi.
Kami biasanya selesai dengan hanya mengatakan, ya jalan saja. Karena dengan berjalan begitu saja kita sudah membuat jalan. Artinya kita sudah menemukan jalan dan sekaligus jalan keluar, tanpa harus selalu keluar jalan.
Kadangkala kami galau. Tetapi kami bangkit lagi. Galau karena kadang kami tidak sanggup melawan kehendak daging badan kami sendiri, juga berputar di jalan rutinitas yang menjebak kami dalam anggapan, bahwa semua hal berjalan biasa dan biasa-biasa saja.
Padahal, dunia kini sedang berlari. Berlari dari persoalan hidup, berlari mengejar cita-cita, terutama berlari meraih prestasi dan reputasi. Apalagi kami tahu betul dunia kian gamang menghadapi resesi dunia menyusul inflasi mengerikan di sedikitnya 80 negara di dunia. Lalu, kami mau bilang apa.
Markas besar (mabes) detakpasifik.com tentu tidak serba lebih apalagi berlebihan. Yang kami biasa punyai sesungguhnya hal biasa. Yaitu biasa diskusi, biasa menegur satu dengan lainnya, untuk tidak jauh dari bara api persaudaraan dan persilatan cita-cita.
Tak lama lagi Pemimpin Redaksi detakpasifik.com yang tenang dan cerdas, akan diwisuda di Undana, 1 September 2022. Artinya, satu lagi skuad detakpasifik.com melampaui satu etape kehidupan. Kemudian, Oktober nanti, salah satu Redaktur detakpasifik.com Primus Jehane, yang kami biasa sapa Prim, juga akan diwisuda. Artinya, di redaksi nantinya, akan diperkuat para sarjana yang notabene berenergi petarung.
Akhirnya, jika surat dari dapur redaksi ini berkenan, hendaklah kami dijadikan sahabat para pembaca. Maka kami akan coba mematuhi apa kata James Murray Kempton, jurnalis Amerika dan komentator politik kawakan yang mengatakan begini: Jurnalisme tidak bekerja seperti senapan. Jurnalisme bekerja lebih mirip mortir.
Begitulah.