Oleh Pius Rengka
Peran ASEAN belakangan kian penting. Terutama terkait pembangunan dan perbaikan ekonomi dan perbaikan sosial lainnya. Konflik Laut China Selatan kian redup, tetapi pacuan ekonomi di kawasan terus melaju dengan makin tingginya intervensi negara-negara di kawasan ASEAN dalam partisipasi pembangunan di kawasan itu.
Pertumbuhan ekonomi yang berhasil dipertahankan selama beberapa dasawarsa di negara-negara ASEAN telah membawa pengaruh besar bagi struktur ekonomi negara-negara itu, dengan perkecualian Singapura dan Brunei Darussalam (Kusnanto Anggoro, 1996).
Namun, badai Covid-19 datang. Meski gelombang badai Covid-19 belum memperlihatkan jalan turun, tetapi sikap politik para anggota negara ASEAN tidak banyak berubah. Persepsi dan perspektif serta kesatuan gerakan mereka tampaknya belum banyak berubah. Sikap para pemimpin ASEAN masih terus fokus pada perubahan sosial ekonomi bagi kawasan dalam skema menjadi salah satu kekuatan besar di selatan, terutama kawasan Pasifik.
Posisi politik negara-negara ASEAN pun kian penting di Asia, karena negara anggota ASEAN telah membuka diri, terutama untuk menjadi pasar bagi produk-produk sesama anggota serta penyebaran angkatan kerjanya.
Tentu saja, menjadi pertanyaan penting bagi kita di sini ialah apakah peran penting Indonesia di kawasan ASEAN dan bagaimana pula hal ini dibaca oleh pemerintah provinsi di tanah air, terutama misalnya, apa kiranya peran NTT dalam derap langkah pembangunan ASEAN?
Belum lama berselang, isu global mendaraskan sikap politik dasar negara-negara persemakmuran Eropa dalam konteks energi yang menyebutkan bahwa era minyak bakal redup dan era energi baru dan energi terbarukan pasti moncer. Relasi negara-negara Eropa dengan negara penghasil minyak sepertinya bakal ‘terganggu’, lantaran sebagian besar Eropa mematok kebijakan industrinya tidak lagi menerima produk yang dihasilkan mesin-mesin yang didorong dan digerakkan oleh energi fuel.
Kita juga melihat sikap politik Joe Biden, Presiden Amerika terpilih, setelah keluar sebagai pemenang di kompetisi electoral kursi presiden di Amerika Serikat belum lama ini. Sangat terang. Joe Biden, jelas menampakkan sikap bahwa Amerika Serikat, memang tidak antifuel, tetapi diisyaratkannya untuk menggantikan energi fuel dengan energi baru dan terbarukan. Itu berari nasib relasi politik lintas negara berbasis fuel akan terganggu.
Kecenderungan negara-negara ASEAN juga nyaris mirip. Hanya saja, beberapa negara seperti Brunei Darussalam, dan sebagian Indonesia, masih mengandalkan minyak bumi untuk kepentingan energi dan industri mereka. Begitu pun kebutuhan energi bagi lalu lintas lainnya, seperti kendaraan darat, kapal laut dan pesawat udara. Tetapi, cepat atau lambat era fuel akan redup bahkan punah, dan digantikan dengan era baru yaitu era energi baru dan terbarukan.
Pada situasi seperti itulah, peran penting NTT, sebagai salah satu provinsi di kawasan ASEAN dan bagian dari negara Republik Indonesia menjadi sungguh sangat kunci. Mengapa? Karena, di NTT ada tiga pulau yang telah dinyatakan resmi sebagai pulau dengan energi sinar panas matahari terbaik di Indonesia yaitu, Sabu Raijua, Timor dan Sumba.
Terkait dengan kepentingan itu, menjadi masuk akal ketika satu tahun silam, Gubernur NTT Viktor B Laiskodat telah sedini mungkin meramalkan dan sekaligus menyiarkan bahwa NTT bakal menjadi provinsi pusat energi baru dan terbarukan di seluruh Indonesia. Dikatakannya, NTT bakal menjadi salah satu provinsi terkaya di tanah air.
Ucapan Gubernur Viktor Laiskodat, terkesan bombastis, hiperbolis. Tetapi, ketahuilah ucapan itu bukan tanpa nihil informasi karena telah terkonfirmasi ketika dalam pertemuan koordinasi antara Gubernur Maluku, NTT dan Menteri Bappenas, di Bali November 2020, disebutkan dengan sangat terang benderang bahwa NTT tahun 2021, dicanangkan sebagai ‘Taman Energi Terbarukan di Indonesia’. Artinya, Republik Indonesia mengakui kebenaran bahwa NTT pusat terbaik untuk energi baru dan terbarukan itu.
Maka dalam konteks ASEAN, Indonesia bakal memainkan peran penting dan bahkan sangat penting di kawasan, juga provinsi NTT sebagai pusat gravitasi kekuatan energi di kawasan ASEAN. Menurut rencana, aliran energi baru dan terbarukan itu pertama-tama akan memenuhi kebutuhan energi Pulau Sumba, sekaligus mengalirkan melalui kabel bawah laut ke Labuan Bajo untuk menyambut ASEAN Summit dan Pertemuan G-20 yang bakal digelar tahun 2023 nantinya.
Jika kita melihat geliat pembangunan di Labuan Bajo hari-hari belakangan ini, maka kita bisa dengan gampang membaca arah perubahan yang dimainkan NTT dalam kepentingan Indonesia sekaligus dalam skema hubungan negara-negara sesama ASEAN.
Yang diperlukan dari kita ialah suasana, kondisi yang selalu optimis, meski badai Covid-19 dan badai Seroja telah mendera tubuh provinsi ini dengan begitu kasar dan keras. Tetapi, kita tetap berikhtiar bahwa hari esok akan bersinar.
Salam.