Allah adalah pencipta, juru selamat, dan kasih. Karena itu konsep dasar profesi tenaga kependidikan Kristen harus ditempatkan di bawah pengakuan akan Allah yang demikian.
Oleh Arief Sadjiarto, Pengajar di FKIP UKSW, Direktur Sekolah Laboratorium Satya Wacana Salatiga (2017-2022)
“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum kedua yang sama dengan itu, ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para Nabi” – (Matius 22: 37-40).
Firman Tuhan di atas merupakan pijakan bagi semua orang Kristen dalam bertindak, berbuat untuk mengisi hidup dan kehidupan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Allah itu kasih adanya. Karena ia adalah kasih, maka yang keluar adalah kasih. Berbeda dengan kita manusia. Manusia yang “made in dosa” ini, walaupun kita melakukan sesuatu yang tampaknya kasih, tapi hal itu tidak keluar dari “manusia kasih”, melainkan dari “manusia dosa”, tidak ada konsistensinya. Allah adalah pencipta, juru selamat, dan kasih. Karena itu konsep dasar profesi tenaga kependidikan Kristen harus ditempatkan di bawah pengakuan akan Allah yang demikian.
Pengakuan akan Allah yang demikian tidaklah terbatas pada pemahaman kita tentang Allah. Iblis juga memahami benar tentang Allah, sebab itu, yang dibutuhkan ialah percaya.
Untuk sampai ke sana, maka yang kita cari adalah pengalaman Allah. Dari pengalaman itulah kita bisa mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi. Untuk itu tentu dimulai dengan pengalaman tentang mengerti, pengalaman kognitif, pengertian tentang Allah (Efesus 4:12, 8:17). Kemudian meresap dalam pengalaman efektif, dan menjalar dalam eksistensi kita, di dalam pusat keberadaan kita (Galatia 2:20). Lalu teraktualisasi dalam perbuatan kita (Yakobus 2:17).
Dalam kerangka pemahaman seperti itulah maka setiap tenaga kependidikan Kristen menerima embanannya dalam dunia pendidikan dalam rencana Soteriologis Allah. Tenaga kependidikan Kristen, adalah “teman sekerja Allah” untuk melihat dunia pendidikan sebagai arena penyelamatan.
Tenaga pendidikan Kristen (guru Kristen) adalah seorang Kristen, dan ia adalah milik Allah, yang diberi talenta pada profesi tenaga kependidikan. Ia terpanggil untuk melaksanakan kesaksian dan pelayanan dalam dunia pendidikan.
Pada pihak lain terpanggil untuk mengembangkan diri pada: profesi kependidikan itu sendiri. Karena itu guru selalu berada dalam pergumulan rangkap. Di satu pihak ia bergumul dengan dunianya, dunia pendidikan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman, dan pada sisi/pihak yang lain, ia bergumul untuk pembaharuan pemahamannya tentang tugas panggilannya dalam situasi yang berubah-ubah itu, yang bertumpuh pada sesuatu yang tidak berubah, yaitu firman Allah sendiri.
Itu sebabnya maka setiap perbuatan mengajar/mendidik yang merupakan embanan haruslah senantiasa diuji dalam keyakinan Yesus, Tuhan kita.
Wawasan kependidikan guru pada hakikatnya menunjuk kepada cara seorang guru melihat dirinya sendiri dan tugas-tugasnya (Umbu Tagela: 2020). Tentu pandangan kita tentang diri dan tugas kita tergantung kepada pandangan hidup yang kita miliki. Tergantung pada titik di mana kita memandang diri kita dan tugas-tugas kita. Manusia bukanlah makhluk otonom, tetapi selalu menggantungkan diri pada suatu hal yang transenden. Hal-hal yang transenden tidak dapat ditangkap oleh akal. Hal yang transenden itu hanya bisa diterima dengan kaca mata iman (percaya).
Dari sinilah kita menggantungkan diri, dan ketergantungan kita pada yang transenden mempengaruhi seluruh pandangan termasuk cara pikir kita. Bahkan akal pun dikuasai oleh yang transenden itu. Sudah jelas, yang transenden itu atau supernatural itu adalah Tuhan.
Iman, percaya kepada Tuhan Allah akan membuat hidup kita menjadi lebih berarti. Karena cara pandang kita terhadap Tuhan (Theos) akan menentukan sekali pandangan kita tentang kosmos (alam semesta), terhadap antropos (manusia) dan terhadap nomos (ketertiban, nilai).
Di sinilah kita membutuhkan wawasan kependidikan Kristen, karena guru yang hanya menguasai kemampuan-kemampuan tanpa wawasan, ibarat robot yang diperintah. Tetapi sebaliknya, guru yang menguasai kemampuan dan wawasan, guru itu ibarat pelukis yang menggoreskan kuasnya di atas kertas putih, maka akan tampak sejauh mana guru memiliki kompetensinya. Berani mengaktualisasikan dirinya melalui wawasannya.
Profesi kependidikan
Mungkin kita perlu tahu dulu apa yang disebut profesi. Profesi ialah suatu jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur untuk memperoleh nafkah. Ada juga batasan lain yang menyebutkan “profesion is a vocation or accupation requiring advanced training in some liberal ait or science and usually involving mentoll rathes than normal work, as teaching, enginering, writing, etc” – (Websters New Work Dictionary, 1960).
Kalau dikaitkan dengan profesi kependidikan, akan menjadi: jabatan atau pekerjaan sebagai tenaga kependidikan, yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus di bidang pendidikan.
Menentukan profesi yang akan dituju, bukanlah hal yang gampang karena untuk menentukannya dibutuhkan beberapa kriteria, antara lain:
- Acamisition of spesialised techique supporte by a body of theory
- Development of career supported by an asociation of colegues
- Establisment of commity recognition of profesional status – (Howard dan Donnald 1966).
Untuk membuat profesi termasuk profesi kependidikan, maka yang pertama adalah memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas dan mendalam, hal ini mencakup pengetahuan umum yang luas, dan keahlian khusus yang mendalam.
Yang kedua merupakan teori atau karier yang dibina secara organisatoris, mencakup: otonomi jabatan, mempunyai kode etik jabatan, dan merupakan karya bakti selama hidup. Ketiga diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional mencakup: memperoleh dukungan dari masyarakat, mendapat pengesahan dan perlindungan hukum, mempunyai persyaratan kerja yang sehat, dan mempunyai jaminan hidup yang layak.
Untuk itu sebagai calon tenaga kependidikan Kristen, tentu akan masuk pada profesi kependidikan, akan masuk pada jabatan dan pekerjaan pendidikan dan jangan lupa, pekerjaan itu sendiri merupakan wujud integritas Allah dan manusia.
Konsep dasar profesi tenaga kependidikan Kristen
Notohamidjoyo (1973) mengatakan: ”any autology and wiasen chaft has to define its attitudes to four modes, which function as frame work of reference namely to theas, kosmos, antropos and nomos.”
Kita semua tahu bahwa Bapak Noto adalah perintis sekaligus pendiri UKSW. Pijakan beliau sebagai orang Kristen dalam mendirikan lembaga UKSW dilandaskan pada konsepsi yang disebut di atas.
Pertama sekali disebut PTPGK (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen) sekaligus merupakan cikal bakal berdirinya lembaga UKSW. Dari konsep ini pula saya mencoba untuk memaparkan konsep dasar profesi kependidikan, yang akan dilengkapi dengan beberapa ayat Alkitab.
- Pengakuan terhadap Yesus Kristus
Siapakah Allah itu? Tidak satu pun yang tahu begitu juga Musa di Gunung Horeb hanya mendengar suaranya, Yesaya yang hanya melihat malaikat serafim dengan enam sayapnya dan hanya mendengar suaraNya juga. Karena itu orang Israel takut menyebut namaNya. Jelas tidak ada yang bisa mengetahui diri Allah, kecuali Allah sendiri. Siapa yang mengenal Yesus, ia mengenal Tuhan (tidak seorang pun dapat sampai kepada Bapa kecuali melalui aku).
Yesus ada di tengah-tengah kita. Allah kita kenal dalam sifatnya yang Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh. Kecuali itu, Allah adalah penyelamat. Karena itu, semua orang Kristen termasuk kita selalu mendasar semua tindakan kita kepada Kristus (I Korintus 3:11).
- Pandangan terhadap alam semesta (kosmos)
Alam semesta adalah ciptaan Tuhan, karena itu teori evolusi Darwin, jelas kita tolak. Alam ini telah diserahkan Tuhan kepada kita untuk diolah dan dipelihara. Interaksi manusia dengan alam ini menghasilkan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, dan dengan pengetahuan ini, manusia menciptakan teknologi untuk mengolah dan menguasai alam.
Karena itu sebagai guru Kristen, kita bertugas membantu siswa mengolah ilmu itu supaya mereka mampu mengolah, dan memelihara alam serta bertanggung jawab. Pandangan guru tentang ilmu pengetahuan sangat besar pengaruhnya terhadap subjek didik dalam mengolah ilmu.
Guru Kristen harus yakin bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada adalah untuk karya penyelamatan Allah. Demikianlah sebenarnya kita ditantang untuk meyakinkan siswa tentang proses eskatologis lewat pencernaan akan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Pandangan terhadap manusia (antropos)
Memang manusia dengan segenap kemanusiaannya merupakan tema sentral dalam teori dan praktik pendidikan. Kita semua di hadapan Tuhan adalah sama, yang membedakan adalah perbuatan-perbuatan susila.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan, dan sekaligus merupakan gambar Allah. Manusia terdiri dari badan dan jiwa, dan manusia lahir ke dunia ini dengan dosa (dalam genggaman dosa). Semua hal tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia tanpa kecuali senantiasa berdosa dan berada dalam proses “menjadi”.
Dalam kerangka pikir seperti itulah proses pendidikan dilaksanakan untuk memuliakan nama Tuhan. Untuk memperjelas hal ini Prof. Mulder, menunjukkan ciri khas manusia (Mulder, 1966) sebagai berikut:
- Perbedaan kejasmanian
- Subjek dalam segala modalitas
- Punya keinsafan dan kesadaran
- Makhluk yang mensejarah
- Sadar akan kefanaannya
Untuk mengatur semua itu Tuhan telah memberikan aturan pada kita. Dan semua aturan, baik menyangkut alam semesta dengan manusia, manusia dengan manusia, senantiasa bersumber pada Tuhan (hukum absolut). Semua konsep itu harus kita lihat dalam implikasinya dalam proses pendidikan atau proses belajar mengajar.
Bagaimana profil tenaga kependidikan Kristen
- Efesus 6:6, sebagai guru Kristen kita bertugas melayani, bukan untuk dilayani, bukan pelayan murid, tapi pelayan Tuhan dalam karya s
- Mazmur 7:1, sebagai guru Kristen, kita harus menjadi hakim yang baik, yang menciptakan suasana adil dalam pekerjaan kependidikan.
- Yakobus 2:1-25; 3:1–4; 4:1–10, sebagai guru Kristen, kita harus sadar bahwa profesi yang kita geluti merupakan berkat dari Tuhan, karena itu harus dipertanggungjawabkan.
- Yohanes 4:31-34; 6:1-15; 7:8-11, sebagai guru Kristen kita diminta untuk senantiasa menolong orang. Karena dalam pertolongan itu, nama Tuhan dimuliakan.
- Mazmur 23:1, sebagai guru Kristen, kita diminta untuk menjadi gembala yang baik, yang dapat menyayangi domba-dombanya.
- Yohanes 8:12-20; 10:1-21; 11:1-44, sebagai guru Kristen, kita diminta untuk senantiasa berpartisipasi, membangkitkan semangat subjek didik sambil bersaksi.
- Yohanes 18:38b-40, sebagai guru Kristen kita diminta untuk terus belajar.
- Matius 14:22-23; 26:36-46, sebagai guru Kristen kita diminta untuk tidak telat berdoa, menyadari kelemahan dan pasrah pada Tuhan.
Masih banyak ayat-ayat Alkitab yang menggambarkan tugas dan peran guru Kristen, anda bisa mencari sendiri. Hal penting lainnya adalah bahwa lembaga pendidikan di mana kita bekerja adalah merupakan sarana kesaksian dan pelayanan yang diberikan Tuhan untuk mewujudkan tanda-tanda syalom di dunia.
Untuk itu semua, marilah kita mempertinggi iman, mempertinggi ilmu dan mempertinggi pengabdian dengan memohonkan tuntutan Tuhan Yesus Kristus. Untuk mengakhiri uraian ini saya tutup dengan sebuah lagu yang biasa dinyanyikan oleh anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia kalau melepas para senior yang sudah lulus mengikuti kuliah.
Selamat berjuang, kami ucapkan
Selamat berjuang, kami doakan
Tinggi imanmu, tinggi ilmumu
Tinggi pengabdianmu kawanku
Tinggi imanmu, tinggi ilmumu
Tinggi pengabdianmu, kawanku.