Ruteng, detakpasifik.com – Kelompok Tani Putri Sorgum di Kampung Ngeri, Desa Ndehes, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai memanen sorgum jenis kawali yang telah berumur empat bulan di atas lahan kritis pada Rabu (31/8/2022).
Kegiatan panen sorgum di lahan yang berada di ketinggian 930 meter di atas permukaan laut ini, dihadiri oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai, Direktur Yayasan Ayo Indonesia, Camat Wae Ri’i dan anggota kelompok wanita tani sorgum putri Ngeri.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai, Mica Dimas dalam acara panen sorgum tersebut mengatakan, pemerintah Kabupaten Manggarai sangat mendukung kelompok wanita tani putri Ngeri dalam mengembangkan sorgum. Meski dalam skala kecil, tetapi langkah awal yang baik.
Tanaman sorgum, kata Mica, memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, bisa tumbuh di lahan marginal (lahan rendah potensi produksi) sehingga sorgum mudah dikembangkan. Bahkan sorgum ini sebagai tanaman yang mudah tumbuh, dan dalam satu periode tanam dapat dipanen dua sampai tiga kali.
Sorgum merupakan tanaman yang istimewa. Dimana tidak hanya bijinya yang dimanfaatkan sebagai pangan, tetapi daun dan batangnya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Pada tahun 2022, ungkap Mica, pemerintah Kabupaten Manggarai dalam hal ini Dinas Pertanian akan mengembangkan sorgum di atas lahan seluas 100 hektare. Rencananya akan dikembangkan di beberapa desa di wilayah Kecamatan Reok Barat, Cibal, Cibal Barat, Reok, dan Reok Barat.
Kepada kelompok tani putri Ngeri, diharapkan untuk terus mengembangkan komoditi yang ada, karena ini memiliki peluang ke depan sebagai sumber protein pengganti tepung gandum. Gandum merupakan komoditi pangan impor dari negara luar, seperti Ukraina.
“Untuk itu, saya mengajak masyarakat untuk mulai beralih menggunakan bahan pangan lokal, seperti olahan sorgum, ubi kayu, ubi jalar, sukun, jagung, sebagai makanan pengganti nasi atau beras agar kita bisa mencapai ketahanan pangan,“ kata Mica.
Direktur Yayasan Ayo Indonesia Tarsius Hurmali menegaskan, sorgum pertama-tama ditanam untuk dikonsumsi keluarga dulu, karena sorgum itu bergizi. Kalau produksinya banyak baru dijual agar mendapatkan tambahan penghasilan.
Tanaman sorgum, jelas Tarsi merupakan tanaman yang mampu tumbuh dan hidup di atas lahan kritis atau lahan tidak subur. Maka setiap jengkal tanah kita mestinya ditumbuhi tanaman pangan kaya nutrisi seperti sorgum.
Sorgum yang dipanen hari ini, lanjut tarsi, merupakan buah dari kerja sama Yayasan Ayo Indonesia dengan Yayasan Kehati Jakarta.
Kedua lembaga telah berkomitmen untuk menjadikan sorgum sebagai pangan alternatif dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan, khususnya lahan tidur atau lahan kritis di Kabupaten Manggarai.
Sementara itu, Rikardus Ampur, Camat Wae Ri’i mengingatkan para peserta bahwa tanaman sorgum adalah tanaman pangan warisan leluhur. Tanaman ini pun kaya akan nutrisi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi pada skala rumah tangga guna mengurangi ketergantungan kita pada beras atau mandiri terhadap akses pangan.
(dp/rr)