Redaksi – Sudah lepas sebulan, usia detakpasifik.com ikut terlibat dalam tabur gagasan di tanah air, khususnya di NTT dan juga jagat kawasan Pasifik. Sudah lepas sebulan lebih kami di redaksi selalu berusaha untuk menyajikan yang terbaik bagi pembaca, terutama perihal akurasi informasi, ketepatan warta dan terutama senantiasa menyiram jurnalisme damai.
Jurnalisme damai tak mengenal sekat, tak mengenal dengki apalagi membangun dikotomi kalian dan kami, kita dan mereka. Yang kami, begitu detakpasifik.com menyebut diri, sambil meminjam istilah dari Tanzania, bahwa bukan soal aku dan engkau, tetapi soal kita bersama. Saya bersama kalian, kalian bersama saya, dan semua soal adalah soal kita juga.
Etika media massa, tentu saja dijaga. Dijaga, super ketat, bagai menjaga pusat bangunan senjata nuklir. Semua itu dimaksudkan agar kita tidak boleh terjebak ke dalam ngarai blocking politik, atau sejenisnya. Kita selalu berusaha kritis, meski kadang terjebak ke dalam saluran kepentingan sempit yang kadang hanya berfungsi untuk sejenak belaka, sebagai penghibur rasa dengki yang merusak jeruji besi kehidupan damai.
Di dapur redaksi, semua hal selalu dijaga super ketat oleh crew detakpasifik.com. Mereka itu, antara lain, Juan Pesau, Irfan Budiman, Yulin Kurnia, Sinto, Andry, Chelni dan Christo. Kadang ada perasaan galau terlintas melintas jagat pikiran. Kadangkala, muncul pula kritisisme yang kerap mewarnai papan konsistensi, tetapi bukan hal luar biasa pula manakala kami di redaksi agak mengidap sedikit penyakit kejenuhan.
Jenuh karena lelah oleh tekanan deadline, jenuh karena tekanan akses ke sumber berita, dan kadangkala kami belum sanggup memenuhi seluruh harapan pembaca budiman budiwati yang senantiasa mengikuti detakpasifik.com dengan sangat setia.
Sajian berita detakpasifik.com tentu bebas ditafsir, dan kami pun tak memiliki sedikit pun wenang untuk membatasi. Tetapi, ketahuilah kami di redaksi selalu berdiskusi, berjuang untuk mengungkapkan kebenaran dengan ketulusan jiwa untuk memurnikan keadilan sosial.
Problem kami ke dalam sering dialami, bukan untuk mematahkan semangat yang telah bernyala sejak awal. Kadang ada pula di antara kami yang mengikuti aliran waktu, tanpa kesadaran. Ada pula di antara kami yang mudah terjebak oleh kehendak daging, sehingga roh perjuangan dikuasai daging pembungkus roh. Tetapi, kami selalu sadar bahwa waktu tak pernah dan tak akan pernah berjalan surut.
Kali lain kami sering mendiskusikan perihal pertanyaan etika. Pertanyaan mendasar ialah bagaimana bentuk dan sifat pertanyaan etika? Lalu apa itu etika? Apa itu etika jurnalistik? Jadi, apakah etika itu hanya cukup terkait dengan inti pertanyaan boleh, baik, buruk, salah benar?
Kami di redaksi detakpasifik.com bukan tanpa diskusi mendalam, bukan nihil ide kreatif, tetapi kadang gelombang waktu mengalir begitu dahsyat hingga kami kadang tak sanggup mengejarnya. Dalam waktu kami mengalir, tetapi kadang kami mengalir dalam keheningan terlalu lama. Akhirnya kami mengambang dalam waktu.
Redaksi detakpasifik.com pasti akan selalu berusaha menyajikan berita terkini, tanpa kehilangan nuansa kemarin dan menghitung masa depan. Kami di redaksi detakpasifik.com adalah himpunan pemikir kritis, dan kritis memikirkan himpunan segala hal yang ‘perlu dan penting’ bagi kehidupan khalayak ramai. Kami kerap bertanya, apakah selalu kebenaran jurnalistik diwartakan, ataukah kebenaran itu ditunda untuk membiarkan kebenaran umum boleh berpanggung?
Jika ada tudingan dan godaan untuk terjebak ke dalam kesempitan cara pikir dan tindak, itu semata-mata kekeliruan manusiawi. Erare humanum est. Manusia itu makhluk keliru. Tetapi kami tidak selalu bersedia untuk terus keliru.
Kami juga percaya apa kata James Russel Lowell, yang menyatakan, demokrasi adalah suatu bentuk masyarakat, tak peduli apa pun klasifikasinya, tempat setiap orang memiliki kesempatan dan tahu bahwa ia memiliki.
Salam redaksi.