Kupang, detakpasifik.com – Geliat reputasi dan prestasi Bank NTT terus berkibar. Makin dihambat makin merambat, makin dipangkas makin menjalar. Begitulah kiranya pepatah yang pantas dikenakan ke bank besutan Alex Riwu Kaho ini. Bagaimana tidak. Tahun ini, Bank NTT menggelar Festival 115 Desa Binaan Bank NTT yang tersebar di seluruh cabang bank pemerintah daerah itu. Tiap Cabang Bank NTT menyiapkan 5 desa binaan untuk diikutkan dalam festival ini.
Informasi Festival Desa Binaan ini diperoleh saat rapat para tim panitia inti Bank NTT bersama para Dewan Juri Festival Desa Binaan dan PAD Bank NTT tahun 2022. Rapat digelar melalui fasilitas jaringan zoom di Kupang, Kamis (10/2/2022).
Direktur Kredit Bank NTT, Stefen, pada kesempatan itu menyebutkan rencana bisnis Bank NTT tahun buku 2022, Bank NTT menyelenggarakan berbagai program pemberdayaan dan kemandirian dalam sektor ekonomi dan keuangan, termasuk menyelenggarakan program desa binaan unggulan yang berbasis potensi unggulan desa untuk dikembangkan dengan metode Desa Wisata, Desa Digital dan Modern, sehingga melahirkan desa binaan yang memiliki kelompok usaha UMKM yang menjalankan dan mengelola usahanya hingga tumbuh dan berkembang menjadi usaha mandiri dan berprestasi dan dapat berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Salah satu strategi untuk percepatan pencapaian program ini adalah dengan menyelenggarakan perlombaan antara Desa Binaan Unggulan Bank NTT dalam wilayah Kantor Cabang Bank NTT dengan tema “Festival Desa Binaan dan PAD Bank NTT Tahun 2022”.
Hadir pada pertemuan itu antara lain, Prof. Daniel Kameo, Ph.D, Prof. Dr. Intyas Utami, Dr. James Adam, Ketua KADIN NTT, Bobby Lyanto, perwakilan BI, dan tim juri dan panitia lainnya. Salah satu tujuan lain diselenggarakan festival ini agar desa binaan menjadi pusat informasi potensi kontekstual tiap desa, juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang multiplier di desa yang memperbesar pendapatan asli daerah.
Karena itu, obyek yang difestivalkan antara lain perihal akses dan kontrol Desa Binaan Bank NTT dengan literasi dan digitalisasi, pemanfaatan dana desa dan efektivitasnya terkait dengan pemberdayaan UMKM. Sedangkan instrumen penilaian untuk festival ini telah dirancang dan disusun tim khusus bersama tim Bank NTT.
Perihal packaging
Ketua KADIN NTT, Bobby Lyanto, pada kesempatan itu mengusulkan agar salah satu materi yang perlu difestivalkan adalah perihal cara dan bahan packaging atau kemasan. Hal itu penting karena dirinya menemukan di pasaran di NTT selisih harga kemasan ini sangat variatif. Karena itu, perihal kemasan ini perlu sekali diperkenalkan sekaligus difestivalkan agar pasaran produk lokal di NTT dapat dikemas dengan standar yang memadai atau yang marketable.
Pendapat Bobby Lyanto senada dengan saran yang disampaikan Sipri Hagung. Sipri, adalah salah satu pebisnis produk lokal di Labuan Bajo. Ia bersama istrinya bergerak di bisnis sayur, ikan dan oleh-oleh makanan kemasan. Menurutnya jaringan mafia ikan di Labuan Bajo sudah sangat mengakar. Karena itu campur tangan provinsi sangat diperlukan untuk mengatur tata niaga ikan dan tempat penyimpanan ikan agar tetap segar. Harga ikan di Labuan Bajo melonjak sesuka hati karena tidak ada tata kelola dan sentuhan dari pemerintah.
Sipri Hagung mengatakan, problem utama para pebisnis lokal di Labuan Bajo itu juga terkait dengan akses dan kontrol perolehan dan harga kemasan. “Saya bersama istri selalu memesan kemasan di Jawa, dengan harga Rp10.000/kemasan. Kemasan yang sama di Labuan Bajo dijual dengan harga Rp20.000/kemasan, bahkan dijual dengan harga Rp25.000. Padahal kemasan yang sama dapat dibuat di NTT karena harga mesinnya sangat murah. Karena itu saya minta kepada pemerintah provinsi serius mengembangkan UMKM di desa,” pintanya serius.
Menurut Sipri, membangun pabrik kemasan di Flores, Timor dan Sumba sangat mendesak. Sehingga harga kemasan nantinya terjangkau oleh para pedagang seperti kami ini,” ujarnya saat ditemui detakpasifik.com pekan lalu di hotel Kalton, Labuan Bajo.
Selain itu, Ketua KADIN NTT, Bobby Lyanto juga menyatakan pihaknya siap menyiapkan program Bapak Asuh untuk desa-desa yang telah diakses oleh Bank NTT. Karena itu kerja sama Bank NTT dengan KADIN NTT itu sudah sangat mendesak.
(dpr)