Di tengah riuh badai komentar perihal Partai Nasdem telah memilih Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden, justru tim pemikir detakpasifik.com menyambutnya dengan cara amat sangat santai sambil senyum di kulum. Betapa tidak.
Perihal pencalonan, entah untuk kepentingan apa saja, apalagi hanya sekadar bakal calon presiden, kami pikir hal itu amatlah sangat biasa saja. Sama biasanya dengan menyebut calon kepala desa di sebuah udik di tanah air, atau jenis kehebohan yang sama yang mungkin ditimbulkan dari semua event politik.
Bagi kami di detakpasifik.com menyebut Anies Baswedan bukan sebuah barang langka apalagi terbilang mewah. Hal yang sangat biasa-biasa saja.
Toh Anies Baswedan sendiri, bukan seseorang yang sangat luar biasa, dengan reputasi yang datar dan memang sangat biasa-biasa saja.
Persis sama biasanya ketika misalnya, di Kota Kupang, Jefri Riwu Kore meninggalkan kursi kekuasaannya sebagai Wali Kota Kupang. Dia bukan saja sangat biasa-biasa saja, tetapi hukum besi kekuasaan selalu meninggalkan dengan sedikit pengertian.
Dia ya Anies Baswedan itu, hanyalah seseorang yang kebetulan selalu menjadi pusat perhatian entah karena perilakunya, cara dia bertutur, dan gelagat politiknya, yang penuh kontroversial. Jadi, Anies Baswedan, biasa-biasa sajalah.
Kami di markas besar redaksi detakpasifik.com di Jalan Antarnusa, Liliba, Kecamatan Oebobo, Kupang, justru lebih merasa lebih heboh ketika satu di antara orang penting di redaksi detakpasifik.com pekan lalu, 1 Oktober, diwisuda di Universitas Widya Mandira, Kupang. Dia adalah Prim Jehane, redaktur pendidikan dan humaniora detakpasifik.com.
Bagi kami, Prim, jauh lebih penting dibanding isu lain, terutama karena unsur proximity, sebagaimana syarat biasa yang dipelajari kalangan jurnalis berkelas nomor wahid.
Begitulah, Prim pekan lalu, diwisuda. Ia kini boleh bergelar sarjana, dan karenanya dia berhak menyandang gelar itu ke mana pun dia pergi.
Tetapi gelar, bagi kami di detakpasifik.com membawa kehormatan, dan terutama tanggung jawab.
Kata orang Perancis Noblesse Oblige, kehormatan membawa tanggung jawab. Karena setiap tanggung jawab dilahirkan dari seseorang yang bertanggung jawab. Hanya orang yang terhormat sajalah diharapkan darinya sebuah tanggung jawab.
Karena itu bagi Konfusius (1551-479 SM) pengetahuan berarti kebijaksanaan, terutama jenis kebijaksanaan yang menjadikan kehidupan individu dan masyarakat lebih baik. Ketika Konfusius ditanya, apakah gerangan yang pertama-tama kali akan dilakukannya jika ia harus mengelola negara? Tak ragu-ragu dan tak secuil pun canggung, Konfusius menjawab pendek: “Tentulah meluruskan bahasa”.
Dan, Prim bekerja di sebuah media yang berurusan dengan bahasa itu, detakpasifik.com.
Prim yang kami kenal, adalah salah satu pemikir di detakpasifik.com. Dia cukup memikirkan organisasi mahasiswa, nasib pendidikan di NTT, dan bagaimana pula masa depan para mahasiswa dari kampung halamannya dan terutama dalam skema tarung sengit menghadapi dunia global.
Maka, setiap langkah adalah perhitungan dan setiap perhitungan adalah sebuah langkah yang ikut menentukan kualitas diri dan kualitas masyarakat kita.
Perjalanan detakpasifik.com adalah juga sebuah pilihan langkah yang langka. Begitulah Prim, selamat berjuang dan pembaca detakpasifik.com menanti dengan gembira ria tulisan dan laporanmu.
Salam.