Ruteng, detakpasifik.com – Satuan Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 Kabupaten Manggarai pada Jumat (16/4/2021) lalu mengumumkan 9 orang di Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St. Stefanus Ketang terkonfirmasi positif Covid-19.
9 orang tersebut terdiri dari 5 orang siswa dan 3 orang guru. Saat ini mereka tengah menjalani isolasi mandiri di bawah pengawasan tenaga kesehatan.
Menurut keterangan Kepala Sekolah SMAK St. Stefanus Ketang, Romo Tarsisius Syukur, Pr kasus pertama di sekolah tersebut dialami oleh seorang ibu guru berinisial (L).
Ia menceritakan, L selama beberapa hari sebelum dikabarkan positif Covid-19 menjalankan serangkaian kegiatan di Kota Ruteng, Manggarai atas permintaan pihak sekolah. Kegiatan itu membuatnya lelah hingga staminanya menurun.
Selain itu, beberapa hari sebelum keberangkatan L ke Kota Ruteng, ia sempat berkontak erat dengan salah satu penghuni asrama St. Stefanus Ketang asal Satar Mese, Kabupaten Manggarai yang saat itu tengah mengalami gejala seperti pilek, sesak napas hingga gangguan pada penciuman.
Merasa dirinya tidak enak badan pasca kegiatan beberapa hari di Kota Ruteng ditambah interaksinya dengan salah satu penghuni asrama yang memiliki gejala menjurus ke Covid-19, L lalu berinisiatif mendatangi Rumah Sakit St. Rafael Cancar untuk melakukan pemeriksaan pada 16 April 2021 dan hasilnya ia positif Covid-19.
“Ibu Lala itu dia kecapaian kegiatan di Ruteng selama 3 hari untuk urus rekening sekolah karena dia bendahara sekolah. Staminanya menurun. Dia juga sempat kontak langsung dengan satu anak di asrama dari Kecamatan Satar Mese,” kata Romo Tarsi.
Pernyataan Romo Tarsi ini sekaligus mengklarifikasi pernyataan Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Manggarai, Lodovikus D. Moa di detakpasifik, Minggu (18/4/2021) lalu yang menyebut kasus pertama di SMAK St. Stefanus Ketang diduga bersumber dari pelaku perjalanan ke Pulau Jawa bersama BPOLBF.
“Saya juga mau mengklarifikasi pemberitaan awal itu yang menyebut kasus positif pertama itu bersumber dari pelaku perjalanan ke Pulau Jawa. Itu tidak benar ya,” ujar Romo Tarsi.
Ia menjelaskan, keberangkatan hingga kepulangan rombongan SMAK St. Stefanus Ketang dari Pulau Jawa bersama BPOLBF pada tanggal 27 Maret lalu itu telah melalui sejumlah pemeriksaan yang ketat. Semua rombongan yang terlibat dalam perjalanan itu telah melakukan tes swab dan semuanya dinyatakan negatif.
Ditambah lagi, lanjut Romo Tarsi, jeda antara kepulangan dari Pulau Jawa dengan kasus positif Covid-19 di sekolah tersebut sangat lama.
“Kami sudah pulang dari sana (Jawa) itu sudah lama. Kami juga sampai di sini tes semua dan hasilnya negatif,” katanya.
Karenanya, ia menjelaskan bahwa kasus pertama positif itu bersumber dari transmisi lokal atau terinfeksi saat pasien sudah berada di Kabupaten Manggarai.
“Begini pa, sekarang ini Covid-19 bisa terjadi di mana-mana. Banyak juga di wilayah ini yang protokol (prokes) sudah tidak lagi dijalankan. Karena itu kami justru menduga guru kami ini terinfeksi (Covid-19) mungkin pas dia pergi di Ruteng,” katanya.
“Jadi kalau dibilang itu terinfeksi pas pergi ke Jawa itu, ya saya kira tidak benar ya,” sambungnya.
Membaik
Lima hari pasca dikonfirmasi positif Covid-19, kondisi kesehatan 9 orang di SMAK Ketang mulai membaik. Gejala seperti, pilek, sesak napas dan gangguan penciuman perlahan menghilang atau sembuh.
Hal itu berkat kerja keras pihak sekolah yang melakukan karantina mandiri terhadap 9 orang tersebut. Pihak sekolah juga berupaya untuk memberikan asupan gizi, memberikan vitamin dan upaya-upaya lainnya untuk mempercepat kesembuhan pasien.
Sementara, dari pihak Satgas, menurut keterangan pihak sekolah, hanya mampu memberikan vitamin, sedangkan upaya asupan gizi, dan upaya-upaya lainnya untuk mempercepat kesembuhan pasien semuanya ditanggung sendiri olah pihak sekolah SMAK St. Stefanus Ketang.
Lakukan Penelusuran Orang Kontak Erat
Satgas Kabupaten Manggarai, tengah berupaya melakukan pelacakan kontak (contact tracking) untuk mengidentifikasi orang-orang yang berkontak erat dengan 9 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di sekolah SMAK St. Stefanus Ketang.
Contact tracking itu akan dilakukan terhadap 40 penghuni asrama, dan 14 telah dinyatakan negatif sementara 26 lainnya akan dilakukan pemeriksaan pada Jumat 23 April 2021.*
Penulis: Irfan b
Editor: Juan Pesau