Kupang, detakpasifik.com – “Kualitas intelektualitas seseorang ditentukan oleh produk yang dihasilkannya bukan ditentukan oleh seberapa banyak gelar yang berderet sebelum atau setelah namanya,” tandas Gubernur NTT, Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H., M.Si, di depan ratusan undangan, para anggota Senat Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan wisudawan, di Kupang, Kamis (28/4/2022).
Intelektualitas seseorang, kata Viktor, akan mendapatkan tempat yang layak dalam medan tugas kemanusiaan di dunia ini. Tempat yang layak itu ditentukan oleh seberapa banyak produk ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kepentingan banyak orang. Kelayakan itu terutama jika produk ilmu pengetahuan yang dihasilkannya sanggup membebaskan para petani dan peternak dari lilitan kemiskinan yang dialaminya.
Menurut Gubernur NTT, meski seorang sarjana mendapat gelar dengan indeks prestasi sangat tinggi atau mendapat sejumlah gelar akademis yang banyak, tetapi jika sepanjang hidupnya orang bergelar tersebut hanya menjadi bagian dari komunitas konsumtif, maka intelektual jenis ini sama sekali tidak berbeda jauh dengan orang miskin lain di mana pun di dunia ini yang tidak bersekolah.
Karena itu, dengan tegas Gubernur NTT menyerukan agar semua tamatan perguruan tinggi, terutama tamatan Politektnik Pertanian Negeri Kupang harus melakukan perbuatan nyata di lapangan atau di medan riil kehidupan, yaitu siap masuk ke lapangan pertanian dan peternakan untuk melakukan sesuatu yang bermakna bagi kepentingan banyak orang terutama kepentingan membebaskan para petani dan peternak.
Baca juga: Ino Assa: Menjadi Kaya Itu Gampang, Tetapi Banyak Orang Lebih Suka Menghayal
Gubernur NTT, Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H., M.Si menegaskan pikirannya itu saat memberi kata sambutan pada acara Wisuda 161 Wisudawan/ti dari Politeknik Pertanian dan Ahli Madya Angkatan 37 di depan gedung utama kantor Politeknik Negeri Kupang, di bilangan Penfui Kupang.
Menurut Gubernur Viktor, adalah salah besar dan mencengangkan jika manusia NTT sendiri justru yakin kalau NTT ini bodoh, miskin dan terbelakang. Keyakinan seperti itu pasti sangat menyesatkan. Secara empirik, ujarnya, NTT dan seluruh manusianya sesungguhnya tidak miskin, tidak bodoh dan tidak melarat. NTT hanya salah urus, kurang dipedulikan oleh rakyat dan pemerintahnya sendiri. NTT masih memiliki lahan yang sangat luas untuk ditanami jagung dan jenis tanaman lain yang memungkinkan kita keluar dari penderitaan yang dialami banyak manusia NTT.
Banyak orang NTT masih salah memahami misi ideologis di balik program TJPS (tanam jagung panen sapi). Menurut Gubernur Viktor, pemerintah sesungguhnya sangat ingin membendung ekstraksi dana Rp 1,1 triliun tiap tahun untuk membeli pakan ternak di Pulau Jawa. Pakan ternak itu bahannya kan dari jagung, ikan dan lain-lainnya. Semua bahan dasar itu dapat diproduksi di NTT jika semua petani dan stakeholders bergerak bersama menuju ke sana.
“Saya tidak bosan mengajak dan mendorong seluruh alumni Politeknik Pertanian untuk tidak selalu melamun ingin menjadi pegawai negeri sipil di kantor gubernur atau kantor pemerintah lainnya. Tetapi, marilah, bersama saya pergi ke lapangan. Kita membuka lahan pertanian di lahan para petani sendiri. Kita menanam jagung. Hasilnya diolah untuk dijadikan pakan ternak (ayam, babi dan sapi). Jika kita lakukan dengan serius dan fokus, maka saya yakin NTT segera keluar dari citranya sebagai provinsi miskin,” ujar Gubernur Viktor sambil memberi contoh konkret apa yang kini sedang dialami Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya. Mobilisasi rakyat menanam jagung di lahan para petani sendiri kini sedang masif.
Pemerintah pasti terlibat membantu dan melancarkan semua usaha pertanian dan peternakan, karena pemerintah selain berkewajiban untuk membantu seluruh kekuatan potensial rakyat, juga berkewajiban untuk memakmurkan rakyatnya, asal saja rakyat itu sendiri bersedia untuk bergerak bersama pemerintah mengatasi masalah konkret yang dihadapi rakyat sendiri.
Kini Politeknik Pertanian Kupang, telah berhasil memproduksi jagung bose instan yang diracik dengan bahan kelor agar bermutu tinggi, sekaligus menginisiasi produk-produk lain yang bernuansa lokal.
Membangun jaringan
Kecuali mendorong para alumni Politeknik Pertanian untuk terlibat dalam kerja konkret di lapangan, seperti membuka lahan pertanian dari tanah para petani sendiri, Gubernur Viktor Laiskodat juga mengajak seluruh civitas academika Politeknik Pertanian Negeri Kupang, untuk selalu berpikir membangun linking (jaringan) dengan dunia di luar kampus.
Menurut Gubernur Viktor, dunia ini tidak lagi hidup dalam sekat sempit pergaulan, tetapi kampus harus mendorong diri untuk membangun jaringan dengan pemerintah, dunia usaha, dan rakyat. Karena ilmu pengetahuan hanya bermakna moral dan etis jika ilmu yang dipelajari itu berguna bagi kepentingan rakyat, kepentingan banyak orang. Aksiologis ilmu pengetahuan terletak pada manfaat ilmu pengetahuan terhadap kepentingan banyak umat manusia.
“Kampus harus berjejaring dengan pemerintah, dunia usaha dan rakyat. Kampus harus memberi manfaat perubahan sosial sebagai representasi dari ajaran Yesus Kristus sendiri, sebagai tokoh pembebas utama dan yang pertama dunia,” ujar Gubernur Viktor mengutip ajaran dari salah satu perikop kitab suci.
Menurut Doktor Studi Pembangunan UKSW, Salatiga ini, seluruh kerja pemerintah hanya memiliki manfaat akademis yang kuat jika kerja dan kebijakan publik berbasis pada riset. Tetapi, semua riset itu pun harus mengabdi pada kepentingan pembebasan umat manusia yang dililit penderitaan karena kemiskinan struktural lain. Jika ditelisik lebih dalam dan lebih serius, maka sesungguhnya kerja pemerintah dan kampus adalah kerja untuk melanjutkan visi dan misi Jesus Kristus sebagai pembebas utama dan utama.
Pada isu organisasi kerja pembangunan, Gubernur Viktor menyinggung arti pentingnya kerja kolaboratif. Tidak ada satu unit pun yang boleh kerja sendiri, sibuk sendiri dan tidak peduli dengan dinas atau badan lain. Hal serupa pun seharusnya terjadi di kalangan masyarakat luas. Untuk melawan kemiskinan, tidak ada cara lain kecuali kerja secara kolaboratif.
Hadir pada kesempatan itu, Direktur Politeknik Pertanian, Ir. Thomas Lapenangga, MS bersama para anggota Senat, juga antara lain hadir Kepala Dinas Peternakan NTT, Johana Lisapali, Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kepala Biro Umum, George Hadjoh, Kepala Dinas Pertanian Lucki Koli, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ondy Siagian, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Pricila Parera, dan Kabag Protokol, Abri ratukore, Staf Khusus Tony Djogo dan Pius Rengka dan Bupati Sabu Raijua, Drs. Nikodemus Rihi Heke, M.Si.
(dp/pr)