Dintor, detakpasifik.com – Dintor, adalah dusun pemukiman nelayan di tepi selatan barat daya Kabupaten Manggarai, Flores. Meski ikan tangkapan nelayan di dusun itu melimpah, 50 ton/hari, tetapi akses pemasarannya sangat lemah. Akibatnya ikan yang tak terjual membusuk lalu dibuang ke laut.
Pasar terdekat di 7 kampung sekitar. Tetapi serapan hasil panenan nelayan tak terjual habis. Ikan, paling-paling dijual ke kampung tepi ruas jalan destinasi wisata, Wae Rebo. Paling jauh ikan dijual ke Ruteng. Tetapi, lantaran jalan ke Ruteng-Dintor buruk, maka ancaman ikan membusuk di tengah selalu terjadi. Nelayan rugi besar.
Nelayan Dintor membutuhkan bantuan pihak lain. Bantuan itu untuk fasilitas tempat penyimpanan, atau ada pihak pengepul yang menampung hasil laut.
Nelayan di pemukiman Dintor, Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai dikenal sebagai komunitas pemburu ikan di selat Pulau Mules dan Flores.
Mereka sangat membutuhkan uluran tangan pihak lain. Karena potensi luar biasa itulah, Dintor, Desa Latar Lenda, dipilih sebagai satu dari lima desa peserta festival Desa Binaan Bank NTT.
Ahmad Madilau, mantan anggota DPRD Kabupaten Manggarai, salah satu ketua kelompok nelayan Dintor. Pada pertemuan tim juri festival Desa Binaan Bank NTT, Pius Rengka, Lavny Manesi dan Pimpinan Cabang Bank NTT Ruteng, Rommy Radjalangu, 15 September silam, Ahmad mengatakan, ikan Dintor enak sekali.
Cita rasa berbeda dengan ikan sejenis di tempat lain. Dia menduga, ikan tangkapan Dintor jauh lebih enak dibanding ikan sejenis di tempat lain karena suhu laut selatan dan kekuatan arus serta lumut segar yang berbeda dengan keadaan di tempat lain.
Di Dintor ada 26 nelayan. Alat tangkap yang dipakai sangat sederhana. Karenanya dibutuhkan 100 pis porsein (pukat cincin) dan gilvet (pukat rentang). Tetapi harga beli alat tangkap dengan hasil jualan ikan yang diperoleh tidak sebanding. Itulah sebabnya nelayan Dintor sangat membutuhkan uluran tangan dan kerja sama dengan Bank NTT Cabang Ruteng.
Kerja sama ini kian dibutuhkan karena Dintor terletak persis di jalur lalu lintas destinasi wisata kampung klasik Wae Rebo. Lokasi wisata Wae Rebo kian hari kian banyak dikunjungi para wisatawan baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Dusun Dintor terletak di tepi laut di ujung pantai selatan lalu lintas ke arah Wae Rebo.
Melihat kecenderungan arus wisatawan itu, maka ke depan, para nelayan Dintor ingin mengembangkan inovasi berupa produksi abon ikan. Itulah sebabnya kerja sama dengan Bank NTT melalui kredit merdeka sangat diperlukan.
Disayangkan, karena kondisi jalan raya, Dintor-Ruteng, Dintor-Nangalili, rusak berat. Jalan berkondisi baik hanya Iteng-Ruteng. Waktu tempuh Dintor-Ruteng 3 jam.
Menurut Ahmad Madilau, ketua dari 26 anggota kelompok itu, kekayaan Dintor terletak di laut. Sedangkan kekayaan lainnya berupa tenun ikat, dan hasil sawah juga melimpah.
Kelompok tenun adat bonggi, dipimpin Meltiana Jun (35 th). Produk tenunan mereka berupa songke, selendang, curak dan bahan kain untuk baju. Kain selembar dikerjakan satu bulan. Tetapi harga jual kain rerata 500-750 ribu/lembar.
Sayangnya, kata Meltiana Jun, narasi tentang kain tenunan khas Satar Mese itu, belum menjadi fokus kepedulian mereka. Tetapi ke depan, kata Meltiana, pihaknya memerlukan penulis narasi yang mengisahkan makna guratan warna dan hiasan di tiap lembar kain tenunan itu.
Banyak potensi lain
Sekretaris Desa Satar Lenda, Donatus Jewaru (44 th) kepada tim juri Desa Binaan Bank NTT, mengatakan, sesungguhnya makna kerja sama dan fasilitas Kredit Merdeka Bank NTT sangat membantu rakyat di desanya.
Pihaknya sangat berterima kasih kepada Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Dirut Bank NTT, Alex Riwu Kaho yang telah menginisiasi pendekatan Kredit Merdeka Bank NTT ini untuk membebaskan rakyat dari jaminan, bunga dan tengkulak atau rentenir.
Menurut Donatus, jumlah penduduk Desa Satar Lenda, 2.542 jiwa terdiri dari 599 KK, mengolah lahan 2105 ha. Umumnya petani dan nelayan. Lahan perkebunan 1052 ha, lahan pertanian 1005 ha. Belum seluruh lahan tersedia digarap para petani.
Sementara, potensi lain yang tersebar di banyak tempat di Desa Satar Lenda berupa cengkeh, pisang, padi sawah, kopi Wae Rebo dan ikan tangkapan sangat banyak. Tetapi persoalan yang dihadapi rakyatnya sama yaitu pemasaran. Hasil banyak tetapi pasar lemah.
“Jika semua potensi ini berubah menjadi benda ekonomi, bukan mustahil masyarakat Desa Satar Lenda akan makmur,” ujarnya. Dia tidak merinci berapa data kunjungan wisata ke Wae Rebo dan berapa pula jumlah tamu inap di guest house di desanya.
Namun, Donatus Jewaru mengakui bahwa tantangan utama rakyat di desanya adalah ketiadaan modal usaha dan pemasaran hasil. Karena itulah, menurutnya, kerja sama dan pola Desa Binaan Bank NTT telah memberi berkat bagi geliat ekonomi di wilayah itu.
Pola pembentukan Desa Binaan Bank NTT diakui telah menggerakkan potensi ekonomi di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat itu.
Menurut rencana, Bank NTT akan memberi pelatihan manajemen keuangan, manajemen organisasi bisnis dan latihan mengelola abon ikan.
Hal itu diperlukan agar potensi lokal di Dintor, Desa Satar Lenda, Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai dapat berkembang pesat.
Pimpinan Cabang Bank NTT di Ruteng, Rommy Radjalangu, pada kesempatan itu menegaskan, bantuan dan pendampingan Bank NTT pasti direalisasikan. Yang penting dukungan administrasi yang menjadi tanggung jawab aparat desa cepat diurus.
“Bank NTT selalu bersama petani, dan rakyat desa,” ujar Rommy Radjalangu.
Pada pertemuan itu, Pimpinan Cabang Bank NTT didampingi Pimpinan Cabang Pembantu Bank NTT Satar Mese, Yus Pala, dan staf Bank NTT Ruteng, Wahyu Rodriques dan lainnya.
(dp/pr)