Satar Punda, detakpasifik.com – Desa Satar Punda belakangan agak heboh. Desa Satar Punda terletak di tepi timur Kecamatan Reo, Kabupaten Manggarai. Belakangan Satar Punda heboh debat lingkungan menyusul rencana pengoperasian pabrik semen di kawasan itu.
Meski demikian, warga perempuan di Dusun Tumbak, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur itu, eksis menawarkan pesona tenunan sarung songke khas Lamba Leda dan kian giat menyusul intervensi Kredit Merdeka Bank NTT.
Fakta itu ditemui tim juri Desa Binaan Bank NTT, Pius Rengka, Christo Seda dan Norman Batmaro, dua pekan silam, 23 November 2022, setelah berdiskusi panjang lebar dengan aparat di desa itu. Kunjungan tim juri ke desa itu sebagai salah satu bagian dari rangkaian penilaian untuk festival Desa Binaan Bank NTT, yang akan digelar tuntas medio Desember 2022.
Baca juga:
- Membina Desa Wae Nanga, Sebuah Ziarah Kemakmuran Bank NTT dan Petani Kopi
- Kelompok UMKM “Hekang Dite” di Kajong Kian Kreatif Bergeliat
Hadir pada kesempatan itu antara lain, Kepala Desa Satar Punda, Fransisco E Budiman (33), Ignasius Syukur (47) Kepala Seksi Pemerintahan, Alexander Dopong (29) Kepala Seksi Kesra, Benyamin Joyrona (26) Operator Keuangan, Dominikus Kowe (84) tokoh masyarakat, dan Agustinus Salim (52) Kepala Dusun di Desa Satar Punda. Diskusi dan dialog berlangsung sangat akademis itu, lantaran para aparat desa umumnya keluaran perguruan tinggi.
Diperoleh keterangan, meski banyak harapan rakyat agar Desa Satar Punda memacu pembangunan lebih cepat dari biasanya jika ada investasi yang masuk ke wilayah itu, tetapi apa hendak dikata, karena kondisi Desa Satar Punda terpaksa kembali ke jalan sunyi status qua.
Untunglah Pemerintah Provinsi NTT melalui Bank NTT, melakukan intervensi dengan menggelontorkan Kredit Merdeka untuk membebaskan masyarakat miskin di daerah itu. Kredit Merdeka digelontorkan Bank NTT dengan pagu anggaran 5 hingga 10 juta rupiah untuk tiap-tiang kelompok atau anggota kelompok UMKM di mana pun di seluruh desa di NTT.
Desa Satar Punda berpenduduk 2.450 jiwa 559 KK. Kini mereka mulai giat membangun kelompok usaha kecil menengah baik untuk segmen usaha tenun ikat, ikan tangkapan nelayan, dan ternak sapi dan babi.
Intervensi Bank NTT, mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Desa Satar Punda. Meski angka pasti belum tampak bergeliat kencang lantaran intervensi Bank NTT masih sekitar bantuan Kredit Merdeka untuk para penenun di Kampung Tumbak, yang terletak di belahan timur kantor desa.
Baca juga:
- Membina Desa Wae Nanga, Sebuah Ziarah Kemakmuran Bank NTT dan Petani Kopi
- Kelompok UMKM “Hekang Dite” di Kajong Kian Kreatif Bergeliat
- Bank NTT “Gempur” Virgin Coconut Oil (VCO) di Golo Muntas
Begitu pun perihal pendapatan asli desa. Pendapatan asli desa belum dapat diinformasikan jelas, lantaran catatan intervensi Bank NTT belum terdokumentasi baik.
Kelompok penenun kain songke khas Lamba Leda ditenun dua kelompok penenun. Kelompok pertama disebut Harapan I dan kelompok kedua Harapan II.
Di siang hari itu ditemui tim juri saat mereka sedang menenun di rumah masing-masing di Kampung Tumbak.
Dilaporkan, seluruh warga Kampung Tumbak adalah penenun. Tidak hanya para ibu dewasa, tetapi juga anak-anak sekolah dasar hingga anak sekolah lanjutan atas, terampil menenun.
Ketua Kelompok Penenun Genu Vivagiul (42), kepada tim juri Bank NTT menyebutkan, sejak intervensi Bank NTT, harga jual tenunan sangat stabil. Harga paling rendah Rp 450.000 hingga Rp 500.000/lembar.
Padahal, kata Vivagiul, sebelumnya harga kain tenunan mereka sangat fluktuatif bahkan dihajar harga hanya Rp 350.000/lembar sarung songke Lamba Leda.
Baca juga ini:
- Desa Fatumonas Bersama Bank NTT Kembangkan Aneka Potensi Lokal
- Lantaran Untung Kelompok Usaha Desa Binaan Bank NTT di Silu Tekuni Sapi Paron
- Pelaku UMKM Desa Camplong II Masih Dikepung Tengkulak Hingga Babak Belur
“Kami sangat bersyukur ada Kredit Merdeka Bank NTT. Karena itu kami berterima kasih kepada Gubernur Viktor Laiskodat yang telah memperhatikan kami,” ujar Vivagiul, janda dua anak yang mengucapkan keterangannya sambil berlinang air mata.
Hal senada disampaikan Maria Ina (42) anggota Kelompok Harapan I. Kata Maria Ina, Kredit Merdeka telah sangat membantu pihak dan kelompoknya karena selain ada kepastian modal, tetapi juga ada kepastian pasar.
Bank NTT bersedia mencari pasar untuk hasil tenunan mereka, yang disetujui juga oleh Imelda Tomi (52) yang sedang menenun sambil merawat anaknya yang masih ingusan.
Kecuali itu, menurut Kepala Desa Satar Punda, Fransisco Budiman, kelompok nelayan dan kelompok ternak mulai melirik arti pentingnya Kredit Merdeka dalam skema peningkatan pendapatan peternak dan petani nelayan.
Hal itu ditandai dengan terbentuknya 4 kelompok nelayan yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Karena itu, kata Kepdes Fransisco Budiman yang disetujui dua Kepala Seksinya, kehadiran Bank NTT melalui Kredit Merdeka jelas sangat membantu, baik kepada para penenun kain khas Lamba Leda, maupun para nelayan dan peternak.
Ke depan katanya, dirinya akan terus melakukan konsolidasi kekuatan rakyat agar bekerja sama dengan Bank NTT.
“Keuntungan kerja sama dengan Bank NTT ialah karena Kredit Merdeka, tidak ada agunan, tidak ada bunga dan rakyat terbebaskan dari ulah para rentenir yang bergentayangan di kampung-kampung menyedot keringat para petani dan peternak serta penenun,” ujar Kepdes yang belum menikah ini.
Hal serupa dibenarkan oleh Kepala Seksi Kesra Alexander Dopong dan Kepala Seksi Pemerintahan, Ignasius Syukur, yang ditemui tim juri di gerai milik kelompok usaha kecil menengah Desa Satar Punda, di lintasan jalan trans utara Flores itu.
(dp/pr)