Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat melakukan kunjungan kerja (kunker) selama sepekan di daratan Flores baru-baru ini. Viktor memulai kunkernya di wilayah paling barat Pulau Flores, Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dan berakhir di Kabupaten Ende.
detakpasifik.com – Matahari belum menampakkan wujudnya secara sempurna ketika Gubernur Nusa Tinggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat beranjak dari Bandara Internasional El Tari Kupang hendak menuju Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores, NTT pada Kamis (20/5/2021) lalu.
Viktor, saat itu, juga memboyong rombongannya. Di antaranya, Profesor Intias (staf khusus bagian akuntan), Dr Ima Blegur (staf khusus bidang politik), Pius Rengka (staf khusus bagian komunikasi publik), Toni Djogo (staf khusus bagian pertanian), Marius Jelamu (Karo Humas) dan Prisilia Q Parera (Kabag Protokol).
Sementara, para kepala dinas yang ikut dalam rombongan itu adalah Kadis PUPR, Maksi Nenabu, Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wayan Darmawa, Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ondy Christian Siagian dan Kadis Pertanian, Lecky Frederich. Terdapat juga kepala dinas dan pimpinan organisasi vertikal yang telah lebih dulu berada di Labuan Bajo dan segera bergabung dalam rombongan.
Rombongan yang berangkat dari Kupang itu, detakpasifik terdapat di dalamnya. Jika mesti dihitung dalam urutan, detakpasifik mungkin mengisi posisi kedua dari belakang di dalam rombongan besar itu. Sementara yang mengisi posisi terakhir adalah teman saya yang juga bertugas mempublis segala peristiwa yang hendak dibuat Gubernur NTT selama berada di Pulau Flores.
Setelah mengudara selama 1 jam lebih 45 menit, pesawat Citilink berkapasitas 60 penumpang yang membawa rombongan Gubernur NTT mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Komodo Labuan Bajo. Saat itu, waktu baru menunjukkan pukul 07.55 WITA.
Di pintu masuk ruangan kedatangan bandara, Bupati Mabar, Edistasius Endi dan wakilnya, Yulianus Weng menunggu. Segera Viktor Laiskodat disambut keduanya. Tenunan sarung bermotif Manggarai diselempangkan pada bahu orang nomor satu di NTT itu sebagai tanda ucapan selamat datang.
Hari itu Kota Labuan Bajo tampak lebih ramai dari biasanya, mengingat selama masa pandemi Covid-19 ada kebijakan pemerintah membatasi kunjungan wisatawan ke kota yang terkenal dengan binatang purbanya, Komodo (Varanus Komodoensis).
Beberapa hotel di kota itu bahkan harus menolak pesanan kamar dari sejumlah tamu karena semuanya telah terisi.
detakpasifik bersama sejumlah awak media lainnya yang hadir di sana harus beberapa kali keluar masuk lobi hotel yang berbeda untuk mendapatkan layanan kamar nginap.
Ramainya Kota Labuan Bajo hari itu rupanya karena pada malam harinya sebuah agenda besar nasional dalam rangka memberikan penghargaan terhadap Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards akan digelar di kota itu.
Anugerah Pesona Indonesia merupakan rangkaian kegiatan tahunan yang diselenggarakan dalam upaya membangkitkan apresiasi masyarakat terhadap pariwisata Indonesia.
Di samping itu, penyelenggaraan API Awards juga bertujuan untuk mendorong peran serta berbagai pihak, baik masyarakat, pihak industri/swasta maupun pemerintah daerah dari dari provinsi hingga kabupaten/kota dalam mengkampanyekan pariwisata serta mengembangkan ekonomi kreatif secara langsung di masing-masing daerah.
Dalam ajang API Awards ke-5 tahun ini, Provinsi NTT berhasil memboyong delapan piala dari 18 kategori yang dilombakan dan mengantarnya menempati juara umum mengalahkan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Aceh yang sebelumnya bersaing ketat dalam nominasi juara umum.
Delapan kategori yang dimenangkan Provinsi NTT antara lain, juara II kategori Surga Tersembunyi Terpopuler (Mulut Seribu di Kabupaten Rote Ndao), juara I kategori Kuliner Tradisional Terpopuler (Se’i NTT), juara I kategori Destinasi Belanja Terpopuler (Sendra Tenun Ikat Ina Ndao di Kota Kupang), juara II kategori Wisata Air Terpopuler (Island Hopping Pulau Meko di Flores Timur), juara I kategori Dataran Tinggi Terpopuler (Fulan Fehan) di Kabupaten Belu.
Juara I kategori Kampung Tradisional Terpopuler (Kampung Adat Namata di Sabu Raijua), juara II kategori Destinasi Baru (Pulau Semau di Kabupaten Kupang), dan juara I kategori Situs Sejarah (Liang Bua di Kabupaten Manggarai).
Pergelaran API Awards 2020 itu diakui oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laikodat. Dalam sambutannya, Viktor menyampaikan apresiasi terhadap peserta yang memenangi kategori perlombaan.
Ia juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran peserta API 2020 di Kota Labuan Bajo yang datang dari berbagai belahan provinsi itu.
“Saya atas nama pemerintah dan mewakili seluruh rakyat NTT menyampaikan terima kasih dan selamat datang kepada seluruh peserta API Awards 2020 di nusa terindah toleransi,” ujar Viktor Laiskodat yang disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Viktor Laiskodat dalam sambutannya itu menyinggung Provinsi NTT yang menurutnya terus berbenah. Ia bahkan menyebut NTT tidak bisa disetarakan dengan daerah mana pun di dunia dari potensi pariwisatanya.
Ia menyebut, binatang purba Komodo adalah aset yang dimiliki Provinsi NTT dan tidak akan bisa ditemukan di negara mana pun. Karenanya ia menegaskan Indonesia lebih khusunya NTT memiliki aset wisata yang sangat mahal dan satu-satunya di dunia.
“Dulunya NTT selalu dipelesetkan dengan singkatan ‘Nasib Tidak Tentu’. Tapi sekarang ada yang nambah (NTT) ‘Nikmat Tiada Tara’, dan yang terakhir adalah New Tourism Territory, nah ini yang membuat kita makin hari makin positif,” ujar Viktor.
Viktor juga menyampaikan rasa bangganya terhadap panitia API Awards.
Ia berharap, apresiasi API Awards akan mendorong bertumbuhnya destinasi-destinasi wisata baru di Indonesia.
“Dan tentunya kita harapkan ke depan, apresiasi Anugerah Pesona Indonesia menjadi kekuatan lembaga untuk memberikan apresiasi terhadap seluruh destinasi wisata di Indonesia,” ungkapnya.
Malam pergelaran API Awards itu berlangsung sangat meriah. Sejumlah atraksi budaya juga dipentaskan pada malam itu. Semua peserta yang hadir pun mengenakan busana daerahnya masing-masing. Gubernur NTT saat itu mengenakan setelan budaya Manggarai.
Pada keesokan harinya, Jumat (21/5/2021), Viktor menghadiri peresmian SMKN 3 Komodo Labuan Bajo. Dari sana, ia melanjutkan perjalanannya menuju Lembor.
Tiba di Lembor, Viktor meninjau Gudang Balai Benih Utama Padi Lembor. Balai benih itu adalah penyangga pasokan benih untuk areal persawahan Lembor yang luasnya mencapai 5.172 hektare.
Viktor Laiskodat saat itu mendapatkan laporan dari Kepala Dinas Pertanian Manggarai Barat, Lorensius Halu bahwa produktivitas panen padi di areal persawahan Lembor berkisar 3-5 ton per hektare setiap tahunnya. Mendengar itu, politisi Nasdem ini terlihat kecewa. Ia meminta seluruh instansi terkait agar segera mendorong produktivitas panen padi di areal persawahan Lembor.
Ia menegaskan areal persawahan Lembor sebagai salah satu penyangga beras NTT harus bisa didorong agar setiap tahun hasil panen padi per hektarenya bisa mencapai 7-8 ton.
Karena itu ia meminta dinas pertanian untuk segera mendesign sebuah program baru agar dapat mendorong peningkatan hasil panen padi di persawahan Lembor.
Viktor Laikodat mengakhiri rangkaian kegiatannya hari itu dengan menghadiri jamuan makan malam di Aula Paroki Wae Nakeng Lembor. Bersambung... (dpasifik)